Nasional

LPBINU Kembangkan Pesantren Hijau

Sab, 11 Mei 2019 | 00:30 WIB

LPBINU Kembangkan Pesantren Hijau

Expert Meeting Pengembangan Modul Pesantren Hijau, Jumat (10/5)

Jakarta, NU Online
Salah satu dari upaya mewujudkan tradisi ramah lingkungan Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) adalah membangun ‘Pesantren Hijau’ pada pesantren-pesantren di bawah naungan Nahdlatul Ulama. 

"Pesantren Hijau ini akan menerapkan budaya ramah lingkungan melalui pesantren. Pada langkah awal tentu yang dibutuhkan adalah modul pedoman dalam penerapannya. Sehingga, kami merasa sangat perlu menggelar kegiatan ini," kata Koordinator Program Pesantren Hijau, Hijrotul Maghfiroh saat membuka acara pada Jumat (10/5), di Gedung PBNU Kramat Raya 164 Jakarta Pusat.

Dikatakan Maghfiroh, kegiatan Expert Meeting Pengembangan Modul Pesantren Hijau merupakan langkah awal untuk mengumpulkan dan mengajak para aktivis pesantren, pendidikan, sosial kemanusiaan untuk berkontribusi dalam pengembangan modul yang akan dibahas nanti.

"Saat ini masih menunggu proses pendaftaran yang sudah kami buka sejak April lalu hingga akhir bulan Mei ini, selanjutnya sebelum menentukan pesantren yang akan kami gandeng, akan ada proses penyeleksian dan asesmen pada pesantren yang sudah mendaftar dan mengirimkan profilenya," ungkap Maghfiroh.
 
Pada kesempatan tersebut ia juga menyampaikan harapannya bahwa dengan adanya kegiatan ini dapat menginventarisir ide-ide model Pesantren Hijau, mendapatkan masukan materi-materi pada modul serta memetakan peluang dan tantangan penerapan modul Pesantren Hijau.

Sementara itu, Direktur Bank Sampak Nusantara (BSN) LPBI NU, Fitria Aryani yang menjadi fasilitator pada acara tersebut mengatakan bahwa modul yang akan dibuat yaitu bagaimana membuat pesantren menjadi pesantren hijau. LPBINU ingin berpartisipasi pada persoalan sampah, water wash management, serta penggunaan sumber energi.

"Dari hasil diskusi yang cukup panjang, dan sangat menarik karena banyaknya ide-ide, pemikiran dan saran-saran yang tentunya sangat membantu kami dalam proses pembuatan modul pesantren hijau," kata Fitri. 

Menurut Fitri, ada beberapa catatan penting yaitu hasil outline. Pertama soal definisi pesantren hijau, tahapan-tahapan pesantren hijau (silver, gold dan platinum), target pesantren seperti apa, serta targetnya kiai ataupun santrinya. Kemudian pendekatan seperti apa, misalnya afektif kognitifnya, dan best practices, untuk inspirasi dan motivasi, pilihan program-program lingkungan seperti bank sampah atau water wash-nya terlebih dahulu, serta tidak perlu jelimet tapi ada yang penting bisa dilaukan, how to-nya diperkuat. 

Pertemuan yang bertujuan untuk pengembangan modul pesantren hijau tersebut dihadiri oleh perwakilan yang berkompeten dari beberapa instansti seperti RMI NU, LP Ma’arif NU, Lakpesdam NU, LBM NU, P3K, Unusia, Kemenag, KLHK, dan Greenpeace. (Anty Husnawati/Kendi Setiawan)