Nasional

LPBINU Sebut Indonesia Darurat Sampah Plastik

Jum, 30 November 2018 | 13:15 WIB

LPBINU Sebut Indonesia Darurat Sampah Plastik

Foto: gokunming.com

Jakarta, NU Online
Bank Sampah Nusantara Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama  (BSN LPBINU) menyebut bahwa Indonesia masuk pada darurat sampah plastik.

"Sampah plastik di Indonesia darurat banget," kata Direktur BSN LPBI NU, Fitria Aryani di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Jumat (30/11).

Fitri mengemukakan beberapa contoh yang membuatnya prihatin terhadap kondisi sampah plastik di Indonesia. Pertama, ketika wisatawan asal Inggris menyelam (diving) di Manta Point, Nusa Penida, Bali pada awal 2018. Wisatawan yang diketahui bernama Rich Horner tersebut foto bersama sampah plastik yang melimpah dan menjadi viral.

Menurutnya, kalau aspek pariwisata mulai dicederai dengan banyaknya sampah, maka berpotensi mematikan Indonesia karena dipandang sebagai tujuan wisata yang tidak ramah lingkungan dan kotor.

"Karena hari ini ketika orang foto dengan sampah, kemudian viral, berati Indonesia jorok banget dong," ucapnya.

Kedua, kematian ikan paus jenis sperm wale yang terdampar di perairan Wakatobi, Sulawesi Tenggara pada November 2018.Dalam perut paus yang mempunyai panjang 9,6 meter itu ditemukan sampah plastik dengan jumlah cukup besar yakni sekitar 5,9 kg.

Ketiga, Indonesia menduduki peringkat kedua sebagai penyumbang sampah plastik ke laut setelah Cina. Sampah plastik di laut Indonesia sebesar 187,2 juta ton. Sementara Cina mencapai 262,9 juta ton.

Menurut Fitri, ketiga hal yang dikemukakanya menjadi gambaran tentang darurat sampah plastik di Indonesia dan untuk menyikapi persoalan tersebut dibutuhkan keterlibatan banyak pihak.

"Ini harus disikapi oleh bayak pihak, tidak bisa hanya oleh KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan)," ucapnya.

Ia mencotohkan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yang mendorong masyarakat Indonesa untuk gemar makan ikan laut. Menurutnya, jika dorongan itu tanpa dibarengi dengan menjaga kebersihan laut dari sampah plastik, maka menimbulkan bahaya.

"Misalnya Menteri Kelautan mendorong bangsa Indonesia makan ikan, tapi tidak dibarengi dengan menjaga kebersihan laut, ya kebayang dong, misalnya kita menghirup asep pembakaran plastik saja berbahaya. Apalagi ketika plastik menjadi molekul-molekul kecil dan dimakan ikan-ikan kecil, ikannya ditangkap lalu ikannya dikonsumsi manusia, itu kan bahayanya ke situ," terangnya. (Husni Sahal/Abdullah Alawi)