Jakarta, NU Online
Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama memiliki madrasah yang berada di lingkungan lembaganya mencapai 13 ribu, sementara jumlah madrasah negeri sekitar 3650 madrasah. Namun, hingga kini, madrasah-madrasah yang ada di lingkungan Ma’arif NU masih mengalami diskriminasi.
“Sampai saat ini, madrasah-madrasah Ma’arif NU masih mengalami berbagai diskriminasi,” kata Ketua LP Ma’arif NU H Zainal Arifin Junaidi kepada NU Online melalui sambungan telepon, Kamis (13/12).
Diskriminasi yang dimaksud, ialah seperti dari sisi penamaan antara sekolah umum dan madrasah, kemudian diskriminasi antara madrasah negeri dan swasta.
Menurut Airifin, selama ini anggaran pendidikan yang ada lebih diprioritaskan kepada madrasah negeri daripada madrasah swasta. Kemudian, diskriminasi juga terjadi antara madrasah yang ada di perkotaan dan di pedesaan.
Selain dari negara, diskriminasi juga datang dari masyarakat. Masyarakat dianggap abai terhadap kehidupan madrasah.
“Orang tua berani membayar mahal untuk kursus anaknya, tapi kalau untuk madrasah susah. Ini dari sikap masyarakat yang abai terhadap kehidupan madrasah,” ucapnya.
Dampaknya, madrasah yang ada di pedesaan tertinggal dari madrasah di kota dalam hal sarana dan prasarana seperti komputer
“Jadi kalau mau ikut UNBK kan duduknya di madrasah negeri (karena madrasah Ma'arif minim fasilitas),” pungkasnya. (Husni Sahal/Kendi Setiawan)