Nasional KANG SAID NGAJI

Maqom-maqom dalam Tasawuf (2)

Kam, 31 Januari 2013 | 10:44 WIB

Jakarta, NU Online
Para pelaku tasawuf yang telah meniti tiga maqom (tingkatan) sebelumnya (taubat, wira’i dan zuhud, akan menjalani maqom-maqom selanjutnya, yaitu tawakal, ridho, dan syukur.
<>
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, mengurai ketiga maqom tersebut pada pengajian mingguan yang digelar digedung PBNU, Jakarta, Senin malam, (28/01).

“Tawakal adalah pasrah kepada Allah,” kata kiai kelahiran Cirebon 1953 tersebut. 

Orang yang tawakal, jika melakukan sesuatu, tidak mengandalkan upayanya, tapi hanya kepada Allah. Hujjataul Islam, Imam Ghazali mencontohkan orang tawakal. Misalnya, ketika api yang membakar kertas, dan terbakar, ia mengatakan yang membakar kertas itu memang api, tapi atas kehendak Allah.

Buktinya, sambung kiai yang pernah nyantri di Pesantren Kempek, Lirboyo, dan Krapyak tersebut, adalah Nabi Ibrahim ketika dibakar Namrud. Api tak kuasa membakarnya sebab Allah tidak mengizikannya.

“Setelah tawakal akan muncul ridho.”

Ridho itu, lanjut kiai yang menggondol doktor dari University of Umm Al-Qura Jurusan Aqidah/Filsafat Islam, lulus pada tahun 1994, apapun yang terjadi, apapun yang didapat, diterima dengan suka cita, tidak sedikit pun gelisah dan mengeluh.

“Jadi guru SD, jadi dosen; jadi Ketua PBNU atau Ketua Ranting, diterima,” jelas kiai yang akrab disapa Kang Said. 

Setelah ridho, akan muncul syukur. Syukur adalah selalu mensyukuri apa yang diterima dari Allah. Apapun wujudnya tetap bersyukur. “Ketika diredaksikan, syukur itu mengucap Alhamdulillah. Tapi bukan berarti ucapan saja, melainkan sikap.

Tiga maqom ini adalah berada dalam proses tahalli, menghias diri. Biasanya timbul efek spiritual temporal roja’, optimis kepada Allah.

Sementara ibadah dalam maqom ini adalah li-taqorub (mendekatkan diri) kepada Allah. Bukan ingin sorga atau benci dengan neraka, tapi ingin dekat dengan Allah.

 


Redaktur: Mukafi Niam
Penulis   : Abdullah Alawi