Nasional

Mbah Moen Sebut Kitab Kuning Paling Banyak Dibaca di Indonesia

Sab, 16 April 2016 | 15:00 WIB

Rembang, NU Online
Dalam sebuah taushiyah, Mustasyar PBNU KH Maimoen Zubair mengajak untuk meningkatkan belajar kitab kuning. Hal ini disampaikannya saat mengisi acara taushiyah dan Doa Bersama Masyarakat di Desa Gandrirojo Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Kamis (14/4) lalu.

Mbah Moen mengungkapkan, Indonesia adalah negara dengan jumlah muslim terbesar juga masih banyak orang yang peduli mengaji kitab. Ia juga mengatakan bahwa di pondok pesantren Sarang Rembang mulai ramai tahun 1800-an hingga saat ini. Dan tetap menjunjung tinggi budaya ngaji kitab kuningnya.

"Saya melihat di pondok yang maju dan ramai, tapi masih sulit ngaji kitabnya. Tapi alhamdulillah di Indonesia masih banyak orang yang belajar kitab. Inilah keindahan Indonesia," jelas Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Desa Karangmangu Kecamatan Sarang Kabupaten Rembang tersebut.

Ia juga mengatakan, bahwa kemarin salah satu putranya mewakili Asia untuk bertemu dengan tokoh-tokoh agama, yakni agama Islam dan Kristiani di Maroko dan Prancis. Ini menunjukkan bahwa tidak ada organisasi besar di dunia seperti Nahdlatul Ulama. "Yang masih banyak ngaji kitab kuning itu hanya ada di Indonesia. Itu saja masih membuat saya kaget dan merasa aneh. Kalau dulu anak kiai masih suka ngaji, tapi sekarang sudah tidak lagi," terang Mbah Moen.

Di pondok Al-Anwar, lanjut Mbah Moen, ada yang khusus belajar latin. Ada juga yang ngaji arab. Yang ngaji arab ini semakin habis peminatnya. Padahal tulisan yang dipakai di surga itu tulisan Arab. "Di surga gak ada abjad a, b, c, d. Walaupun agama Islam semakin ramai, tapi sulit untuk mengembalikan manusia ke asal keislamannya. Yakni kitab Quran sebagai panutan," terangnya.

Mbah Moen mengajak, walaupun sekolahnya formal tetap diajarkan kitab-kitab yang menggunakan makna kembali kepada madzhab empat, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali. "Itu harus dibudayakan, belajar kitab-kitab yang ditulis dengan bahasa Arab. Sebab besok di surga itu gak ada jalannya kecuali menggunakan bahasa Arab," tutupnya. (Aan Ainun Najib/Fathoni)