Nasional

Menangi Kompetisi Menulis, 2 Santri Ini Bakal Kunjungi Perpustakaan Terbaik ASEAN

NU Online  ·  Senin, 30 Oktober 2017 | 17:34 WIB

Jakarta, NU Online
Setelah melalui tahap seleksi 50 orang dari 357 nominator 1st Santri Writer Summit yang digelar Kementrian Agama RI bersama Komunitas Santri Nulis dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2017 di UI Depok.

Sebagai pemenang, terpilih Annas Rolli Muchlisin, santri Pesantren Al Muhsin, Yogyakarta untuk kategori essay. 
Adapun predikat The Best Delegation (delegasi terbaik) diraih oleh Sidik Nur Thoha, santri perwakilan dari Pesantren Al Munawir Krapyak Yogyakarta. 

Setelah pemenang diumumkan panitia, oleh Saiful Falah, founder Komunitas Santri Nulis meminta kepada Anas yang juga alumni Pesantren Rasyidiyah Khalidiyah Amuntai Kalimantan Selatan dan Sidik, alumni Pesantren Ihya’ Ulumuddin, Kesugihan Cilacap ini untuk segera mengurus paspor.

“Tolong nanti segera urus paspornya ya!” kata Saiful. 

Lebih lanjut, Saiful langsung menanyakan “atau kalian sudah punya paspor?”

Ternyata dari dua pemenang ini masing-masing sudah mempunyai paspor lama, dan belum digunakan sama sekali. 

Kepada NU Online, Anas mengaku, ia telah membuat paspor dua tahun silam setelah ia membaca buku Rhenald Kasali yang memberikan motivasi bagi pemuda siapapun yang ingin ke luar negeri, untuk membuat paspor terlebih dahulu.
 
“Saya sudah bikin paspor sejak dua tahun yang lalu setelah membaca artikel Prof Rhenald Kasali yang menganjurkan agar pemuda yang ingin ke luar negeri harus punya paspor terlebih dahulu. Saya bikin, dan setelah dua tahun paspor ini menanggur, alhamdulillah akan segera dapat digunakan untuk pergi ke Singapura,” tegasnya. 

Setali tiga uang, Sidiq yang membuat paspor beberapa waktu lalu pada semester ini mengaku, ia yakin, suatu saat nanti, ia akan dapat pergi ke luar negeri. Dan benar, kali ini ia mendapatkanya. 

“Saya bikin paspor karena punya cita-cita dan keyakinan kuat akan dapat kesempatan ke luar negri,” kata remaja kelahiran Purbalingga tersebut. 

Rencananya, mereka berdua akan diajak ke Perpustakaan Singapura, perpustakaan yang masuk kategori terbaik di ASEAN.

“Nanti akan saya ajak ke Perpustakaan Singapura. Perpustakaan ini adalah perpustakaan ramah anak. Jadi yang datang tidak hanya orang dewasa, tapi ada pula rombongan anak-anak,” jelas salah satu guru di Pesantren Darul Quro Leuwiliang yang akrab disapa Kang Falah ini. (Ahmad Mundzir/Fathoni)