Nasional

Menghormati Agama Lain Bukan Berarti Membenarkannya

Jum, 2 Mei 2014 | 03:02 WIB

Parepare, NU Online
Nahdlatul Ulama akan senenatiasa menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi. Dengan menjunjung nilai-nilai toleransi, keamanan dan kedamaian bangsa Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam agama dan budaya ini akan tercipta.
<>
Demikian dikemukakan Katib Syuriyah PBNU KH. Afifuddin Muhajir saat menyampaikan pemikirannya dalam acara Sarasehan Ulama Pesantren dan Cendikiawan di Pondok Pesantren Al-Badar Bilalang Parepare Sulawesi Selatan, Selasa (29/4).

Menurut Kiai Afifuddin, sikap tasamuh atau toleransi menjadi kunci bagi terciptanya kesejukan antar umat beragama. “Itu (tasamuh) ciri khas Islam dan juga sikap paten NU,” jelasnya.

Salah seorang pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo tersebut  menambahkan,  inti toleransi adalah menghormati eksistensi agama-agama lain dalam suatu negara, menghormati keberagaman pemikiran dan sebagainya.

“Menghormati bukan berarti membenarkan. Kalau soal kebenaran, kita harus yakin bahwa agama Islam yang paling benar,” ungkapnya.

Kiai Aifuddin mengaku miris dengan krisis multi dimensi yang terjadi di beberapa negara Timur Tengah seperti Tunisia, Libya, Mesir, Syiria, Irak dan lain-lain. Menurutnya, salah satu pemicu krisis politik tersebut adalah hilangnya sikap toleransi di kalangan pemimpinnya. Dan hal itu dapat mencabik-cabik keutuhan umat Islam dan menghancurkan kekuatannya.

“Oleh karena itu, diperlukan upaya para ulama dan cendikiawan muslim untuk membimbing dan membina umat Islam dengan cara menyebarkan pemikiran Islam yang moderat. sehingga dapat menyelesaikan masalah perbedaan dengan cara dialog,” ungkapnya. (Aryudi A Razaq/Mahbib)