Menyesatkan Orang Lain, Kemusyrikan Paling Besar
NU Online · Kamis, 14 Februari 2013 | 06:01 WIB
Cirebon, NU Online
Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Masdar Farid Mas’udi mengimbau warga NU untuk tetap setia dengan prinsip tasammuh (toleransi) dengan tidak mudah menisbatkan kata ”sesat” pada pihak lain.
<>
”Menyesatkan orang lain sama saja dengan memosisikan dirinya sebagai hakim keyakinan yang seharusnya hanya dimiliki Allah,” katanya dalam pembukaan Rapat Pimpinan Daerah Lembaga Ta’mir Masjid NU (LTMNU) Kota Cirebon, Rabu (13/2), di Masjid Hijau Pegambiran, Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat.
Kiai Masdar merujuk surat an-Nahl ayat (93) yang menyebutkan bahwa keanegaragaman umat merupakan kehendak Allah, melalui otoritas penuh untuk menyesatkan dan memberi petunjuk mereka.
Dengan demikian, sambungnya, orang yang menyesatkan pada dasarnya telah musyrik, karena telah mengambil otoritas Tuhan untuk dirinya. ”Dan tidak ada dosa yang lebih besar dibanding memusyirkan dirinya dengan Allah,” kata Kiai Masdar.
Di hadapan hadirin, alumni Pesantren Krapyak ini juga mengajak untuk tidak menjadikan masjid sebagai ruang eksklusif yang menanamkan intoleransi. Sebab, dengan konsep pembagian ruang dalam dan ruang serambi, masjid sesungguhnya merupakan bangunan yang terbuka.
Ruang serambi, demikian Kiai Masdar, harus dimaksimalkan perannya sebagai tempat berdiskusi dan memecahkan berbagai persoalan umat, termasuk menghidarkan dari paham yang terlalu dogmatis. ”Dogma bisa dicairkan jika serambi itu diperdayakan,” tegasnya.
Penulis: Mahbib Khoiron
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Meraih Keutamaan Bulan Muharram
2
Koordinator Aksi Demo ODOL Diringkus ke Polda Metro Jaya
3
5 Fadilah Puasa Sunnah Muharram, Khusus Asyura Jadi Pelebur Dosa
4
Khutbah Jumat: Memaknai Muharram dan Fluktuasi Kehidupan
5
Khutbah Jumat: Meraih Ampunan Melalui Amal Kebaikan di Bulan Muharram
6
5 Doa Pilihan untuk Hari Asyura 10 Muharram, Lengkap dengan Latin dan Terjemahnya
Terkini
Lihat Semua