Jakarta, NU Online
Populasi banyak tidak selalu berarti kuat, apalagi sejahtera. Dan inilah yang terjadi pada komunitas muslim dinia yang kini jumlahnya mencapai 1,5 milyar orang. Ternyata, kesejahteraan seabrek manusia ini masih terbelakang.
<>
Begitulah klaim Umar Juoro dari Center for Information and Development Studies (CIDES).
Padahal, kata Umar lagi, sumber daya alam yang dimiliki negara-negara Islam sangat potensial. Bayangkan saja, 74 persen cadangan minyak ada di negara-negara Islam.
Kendati begitu Umar optimistis, peradaban Islam yang kini melempem dibandingkan peradaban Barat, bisa bangkit kembali di era ini.
"Peradaban itu naik turun. Seiring waktu, ada yang naik, ada yang turun, ada yang hilang," kata dia pada dialog Ramadan Masa Depan Umat di tengah Pusaran Globalisasi dan Konflik Internasional, Selasa sore kemarin.
Menurutnya, sekarang peradaban Islam memang kalah dari peradaban Barat, namun tidak di masa lampau. Posisi ini berbalikan di masa lalu.
"Tahun 1400, peradaban Barat terbelakang. Yang berkuasa adalah peradaban Timur. Barat tidak ada apa-apanya soal peradaban," jelas Umar.
Lalu, mulai tahun 1990 Barat mengambilalih peradaban dunia.
"Saat Islam berjaya malah disebut The Dark Ages. Padahal sejarah Barat tak akan terjadi kalau tidak ada peradaban Islam," kata dia.
Umar mengemukakan, peradaban itu ditopang militer dan ekonomi yang disebutnya sebagai faktor terpenting dibandingkan apapun, termasuk militer.
Ekonomi penting karena sekuat apapun militer, bila ekonominya lemah, maka peradabannya rentan hancur.
Berbalik
Pendulum agaknya tengah berbalik sekarang. Keditjayaan ekonomi Barat mulai terusik oleh kemaharajaan-kemaharajaan ekonomi baru dunia.
China, India dan Brazil adalah beberapa kekuatan baru ekonomi dunia itu.
Di urutan berikutnya, ada Indonesia dan sejumlah negara muslim lainnya yang memang sudah dimakmurkan oleh minyak. Iran dan beberapa negara di Timur Tengah termasuk di barisan ini.
Konfigurasi kekuatan dunia pun berubah. Barat tidak lagi dominan, setidaknya tidak menguasai seluruh teater kehidupan dunia.
"Sekarang bisa dibilang ada empat peradaban. Brat, Cina, India, dan Islam. Kalau Barat tidak hati-hati, peradabannya bisa tenggelam. The rise of the rest," kata Umar Juoro.
Sembari mengutip salah satu hadits seputar tanda-tanda kiamat, Umar menjelaskan bahwa dia melihat ciri-ciri kemajuan ekonomi Islam.
Hadits itu adalah seperti diriwayatkan Ahmad yang mengatakan hari Kiamat tidak akan terjadi sebelum munculnya pasar-pasar yang berdekatan.
"Saya melihat ini adalah globalisasi. Banyak pasar berarti ekonomi maju," sambung Umar.
Ekonom CIDES ini mengemukakan, Islam berpeluang untuk bangkit kembali.
"Ada teori yang mengatakan pada tahun 2040 yang berkuasa nomor satu adalah China, lalu India, Amerika, dan bisa jadi nomor empat adalah Indonesia," ungkap dia yakin.
Peradaban sendiri tidak dibatasi oleh negara dan budaya.
"Peradaban Islam bukan berarti negara Islam. Bayangkan, kalau China dan India maju. Jumlah umat muslim di India kan banyak, sekitar 280-300 juta, otomatis mayoritas masyarakat muslim akan menjadi kaya," kata dia.
Renaisans baru
Itu adalah kesadaran baru mengenai bangkitnya kembali kekuatan Islam yang mungkin bisa dimulai dari Indonesia dan dari populasi muslim yang besar di India dan China.
Tapi ini semestinya tidak dimulai dari hitungan kalkulatif seperti itu. Sebaliknya, itu sebaiknya bertolak dari kualitas dan kesadaran dari umat Islam sendiri untuk bangkit. Ini adalah titik tolak penting dalam menuju kebangkitan Islam.
Untuk beberapa hal, kesadaran itu mungkin salah satunya diwujudkan dari apa yang disebut oleh Direktur Utama LKBN Antara Ahmad Mukhlis Yusuf sebagai pemikiran reflektif.
Yaitu refleksi untuk mengetahui sejauh mana perbuatan umat muslim dapat mempengaruhi naiknya peradaban Islam. Refleksi itu dimulai dari bagaimana umat Islam mengambil peran kepemimpinan, dari level apa saja.
"Refleksikan kepemimpinan dari diri sendiri, lalu keluarga, organisasi, dan bangsa," kata Mukhlis.
Dia menyambung, "Kita harus bertanya pada diri sendiri, perbuatan apa yang bisa ditunjukkan sebagai muslim yang baik?"
Mukhlis mengingatkan untuk selalu menghargai informasi dan pengetahuan. "Banyak peradaban hancur karena pengetahuannya hilang, perpustakaan dibakar," begitu kata Mukhlis.
Ya, mungkin memang harus dimulai dari pengetahuan dan informasi. Ingat, kesadaran Barat untuk bangkit dari keterpurukan di abad pertengahan diawali dari kesadarannya bahwa mereka tertinggal ilmu pengetahuannya dari masyarakat lain.
Mereka bangkit melalui era yang disebut Renaissance atau Pencerahan. Ini adalah titik tolak bangkitnya peradaban Barat.
"Era Renaisans menandai tahap menentukan dalam transisi Abad Pertengahan menuju dunia modern (peradaban modern Barat)," kata Wallace Ferguson, pengarang The Renaissance terbitan Harper & Row Publishing Inc, New York.
Mungkin umat Islam perlu meniru ini, membuat era pencerahannya sendiri, sebuah Renaisans Baru. Dan itu akan lebih baik dimulai dari kesadaran akan berpengetahuan, berilmu.
Redaktur: Mukafi Niam
Sumber : Antara
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Bahaya Tamak dan Keutamaan Mensyukuri Nikmat
2
Khutbah Jumat: Inilah Obat bagi Jiwa yang Hampa dan Kering
3
Khutbah Jumat: Belajar dari Pohon Kurma dan Kelapa untuk Jadi Muslim Kuat dan Bermanfaat
4
Mulai Agustus, PBNU dan BGN Realisasikan Program MBG di Pesantren
5
Zaman Kegaduhan, Rais Aam PBNU Ingatkan Umat Islam Ikuti Ulama yang Istiqamah
6
PBNU Tata Ulang Aset Nahdlatul Ulama Mulai dari Sekolah, Rumah Sakit, hingga Saham
Terkini
Lihat Semua