Nasional MENYAMBUT HARI GURU NASIONAL 2018

Mukani, Guru Madrasah Produktif Menulis Buku dan Artikel Jurnal

Jum, 23 November 2018 | 07:30 WIB

Mukani, Guru Madrasah Produktif Menulis Buku dan Artikel Jurnal

Guru Mukani (Foto: istimewa)

Tidak semua guru mampu menghasilkan publikasi ilmiah. Terutama berbentuk buku dan artikel di jurnal ilmiah. Padahal aturan sekarang guru dituntut menulis saat mengajukan kenaikan pangkat.

Namun itu tidak berlaku bagi Mukani. Guru mata pelajaran SKI pada MA Salafiyah Syafi’iyah Seblak, Jombang. Sudah lebih dari 35 artikelnya dimuat di jurnal ilmiah. Bahkan beberapa di jurnal terakreditasi nasional. Yang edisi November 2017 lalu dimuat jurnal PAI dari UIN Sunan Ampel Surabaya yang sudah terindeks DOAJ dan sudah terakreditasi di level Sinta-2, katanya, Jumat (23/11).

Pada tahun 2018 ini saja, sudah ada tiga artikel yang dikirim. Januari 2018 lalu dimuat di jurnal Al-Murabbi yang sudah terakreditasi Sinta-4, jelasnya. Dua artikelnya juga akan dimuat di jurnal lain pada akhir tahun ini.

Buku yang sudah diterbitkan ada tujuh judul. Semuanya terkait dengan pendidikan. Dan, dirinya mengaku tidak mengeluarkan biaya untuk menerbitkan. Penulis bahkan diberi royalti yang ditransfer tiap semester, bebernya. 

Keberhasilan ini diakui melalui perjuangan berat. Termasuk naskah buku pertamanya yang ditipu penerbit. Tahun itu naskah saya dicetak jadi buku dengan penulis orang lain, bukan nama saya, kenangnya.

Pengalaman pahit ini membuat dirinya sadar. Harus selektif dengan pihak penerbit. Akhirnya tahun 2011 naskah keduanya diterbitkan penerbit di Malang. Kalau penerbit ini profesional dan tidak bohong, laporan penjualannya juga akuntabel tiap semester, ucapnya.

Menulis baginya adalah hobi. Kalau tidak menulis malah agak pusing kepala ini, ujarnya lalu tertawa. Dengan menulis, dirinya mengaku bisa menyampaikan uneg-uneg tentang suatu masalah. Juga tawaran solusinya, imbuhnya.

Selain artikel jurnal dan buku, Mukani juga menulis opini. Sudah ratusan opininya yang dimuat koran. Baik koran nasional maupun lokal. Termasuk juga di majalah-majalah level nasional, ujarnya. Isu yang ditulis, lanjutnya, pasti terkait dunia pendidikan. 

Setiap harinya Mukani adalah PNS di SMAN 1 Jombang. Tapi tiap hari Minggu saya full mengajar di madrasah, ujarnya. Itu belum jika malam juga memberikan pengajian di Pondok Seblak. 

Selain itu, dirinya juga mengajar di beberapa kampus. Yaitu di STAI Darussalam Nganjuk dan STIT Urwatul Wutsqo Jombang. Juga termasuk di kampus STAI Badrus Sholeh Kediri. 

Bapak satu putra ini asli kelahiran Mlorah. Sebuah desa di pinggir hutan perbatasan antara kabupaten Nganjuk dengan Bojonegoro Jawa Timur. Setelah menamatkan SD dan SMP di kampung halaman, dia lalu menimba ilmu di Pondok Seblak Jombang. Saat itu saya ngawula kepada KH Luqman Hakim, pengasuh Pondok Seblak, kisahnya. 

Kiai Luqman adalah salah satu cicit dari Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari Tebuireng. Lokasi Pondok Seblak hanya 200 meter barat Pondok Tebuireng. 

Semua biaya mondok dan sekolah ditanggung sosok kiainya itu. Karena saya berasal dari keluarga miskin, jelasnya. Termasuk saat melanjutkan pendidikan sarjana dan magister di IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Kiai Luqman ini yang diakuinya sebagai sosok pendorongnya untuk kreatif menulis. Itu dimulai saat tahun 2005 silam dirinya diutus mengikuti diklat jurnalistik di Sukabumi Jawa Barat. Pesertanya dari Jawa Timur hanya dua orang, saya dan yang satu dari Gresik, imbuhnya.

Kemampuan menulis ini diakuinya adalah berkah menjadi santri. Dan menulis sekarang itu untuk menjaga tradisi agar tidak mudah hilang, bebernya. Harapan selanjutnya adalah artikelnya bisa dimuat di jurnal internasional. Satu mimpi yang semoga bisa tercapai, pungkasnya. (Syamsul Arifin/Fathoni)