Nasional

Multaqo Ulama, NU DKI Angkat Peran Ulama Ciptakan Ketertiban Umum di Masa Pandemi

Rab, 25 November 2020 | 13:15 WIB

Multaqo Ulama, NU DKI Angkat Peran Ulama Ciptakan Ketertiban Umum di Masa Pandemi

PWNU DKI Jakarta

Jakarta, NU Online

Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Provinsi DKI Jakarta akan menggelar Multaqo Ulama Jakarta di Gedung Yayasan Arrahmah Center, Jalan Raya Bogor KM26, Cijantung, Jakarta Timur, pada Kamis (26/11) besok.


Kegiatan dengan tema Peran Ulama dalam Menciptakan Ketertiban Umum di Masa Pandemi ini akan dimulai pada pukul delapan pagi. Acara ini juga diselenggarakan secara virtual melalui aplikasi zoom dan akan disiarkan langsung melalui kanal Youtube NU to Line Channel.


Sejumlah ulama dan tokoh dijadwalkan hadir dalam agenda itu. Beberapa di antaranya adalah Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar, Rais Syuriyah PWNU DKI Jakarta KH Mahfudz Asirun, KH Zulfa Mustofa, KH Ahmad Zahari, Ketua Umum PP ISNU Ali Masykur Musa, dan Habib Jindan bin Novel bin Salim Jindan.


Kepada NU Online, Ketua PWNU DKI Jakarta KH Samsul Ma’arif membeberkan beberapa alasan diadakannya pertemuan itu. Salah satu di antaranya karena selama beberapa waktu belakangan ini, terlebih di masa pandemi, telah terjadi berbagai peristiwa yang meresahkan masyarakat ibu kota.


Selain aksi-aksi demonstrasi yang kerap terjadi di Jakarta dan menimbulkan kericuhan serta kerusakan sehingga membuat masyarakat resah, akhir-akhir ini warga juga dihebohkan dengan pemasangan baliho atau spanduk yang dinilai merusak pemandangan ibu kota.


“Jadi banyak orang yang mau memasang spanduk atau baliho tapi tidak mau mencopotnya. Ini kan tidak tertib. Semua yang mengganggu ketertiban umum dan mengganggu keindahan Kota Jakarta menjadi perhatian kami,” ungkap Kiai Samsul kepada NU Online, pada Rabu (25/11).


Ia pun melakukan otokritik kepada warga NU yang juga seringkali memasang spanduk, bendera, baliho, dan umbul-umbul di jalan utama Jakarta tapi tidak dicopot dalam rentang waktu yang lama. 


“Itu harus dicopot kalau acara sudah selesai, jangan sampai berhari-hari. Kritik saya ini bukan untuk orang lain tapi juga kita sebagai NU. Kita sering memasang bendera NU sembarangan saja melebihi batas waktu sampai tidak dicopot. Itu mengganggu keindahan kan,” tutur Kiai Samsul.


Lebih lanjut ia menjelaskan, kelompok yang mengadakan demonstrasi harus juga memperhatikan hak-hak orang lain yang akan menggunakan akses untuk bepergian. Kiai Samsul menyayangkan aksi-aksi demonstrasi yang menutup jalan sehingga membuat warga kebingungan mencari jalan untuk mencapai tujuan perjalanan.


“Nah agama melarang yang seperti itu,” katanya.


Dengan demikian, Multaqo Ulama Jakarta diselenggarakan dengan tujuan agar memberikan pemahaman kepada umat bahwa agama juga memperhatikan kepentingan, ketertiban, dan kemaslahatan umum. 


“Ulama harus memberikan contoh kepada siapa pun. Kalau toh warga NU ingin menutup jalan, misalnya, harus dilihat dulu apakah itu akses besar atau kecil. Kalau ditingkat ranting yang menutup jalan di dalam permukiman itu masih bisa dimaklumi,” terang Kiai Samsul.


“Tapi jika dilakukan di akses jalan besar dan tidak ada alternatif jalan lain, itu kan bahaya. Karena merugikan orang lain yang ingin menggunakan jalan. Tidak boleh seperti itu,” imbuhnya.


Dengan diselenggarakan Multaqo Ulama Jakarta ini, ia berharap dapat memberikan kesadaran kepada warga Jakarta agar tertib mematuhi aturan yang berlaku. Menurutnya, ketaatan dalam mematuhi peraturan merupakan bagian dari kepatuhan dengan agama.


“Jadi cerminan ketaatan terhadap agama itu salah satunya dengan kita mematuhi aturan pemerintah,” pungkasnya.


Pewarta: Aru Lego Triono

Editor: Fathoni Ahmad