Nasional HARLAH KE-101 NU

Negara-Negara Barat Alami Peningkatan Sekularisasi, Sebabkan Hilangnya Norma Dasar Kehidupan

Sen, 29 Januari 2024 | 19:30 WIB

Negara-Negara Barat Alami Peningkatan Sekularisasi, Sebabkan Hilangnya Norma Dasar Kehidupan

COO Center For Shared Civilitation Values, North Carolina, USA, H Muhammad Cholil dalam Halaqah Nasional Strategi Peradaban NU 2024 di Pesantren Al-Munawwir, Krapyak, Yogyakarta. (Foto: tangkapan layar Youtube NU Online)

Yogyakarta, NU Online

COO Center For Shared Civilitation Values, North Carolina, USA, H Muhammad Cholil menuturkan bahwa negara-negara Barat mengalami peningkatan sekularisasi. Hal ini menyebabkan hilangnya norma-norma dasar kehidupan yang semestinya menjadi pedoman.  


"Hilangnya kepercayaan (terhadap agama) di negara-negara Barat, dan dengan perpecahan dalam keluarga, serta hilangnya rasa hormat terhadap norma-norma dasar, menjadikan masyarakat Barat terkatung-katung tanpa landasan moral dan spiritual," kata Cholil dalam Halaqah Nasional Strategi Peradaban Nahdlatul Ulama di Pesantren Al-Munawwir, Krapyak, Yogyakarta, Senin (29/1/2024).


Ia mengungkapkan bahwa pada 300 tahun terakhir, sekularisasi terjadi setelah pertikaian internal agama selama berabad-abad antara Kristen Protestan dengan Kristen Katolik. Pertikaian itu menyebabkan banyak orang di Eropa menyimpulkan bahwa agama bukanlah solusi, melainkan sumber masalah. 


"Tidak hanya di Barat, tetapi juga di sebagian besar dunia, proses sekularisasi yang menyertainya telah melemahkan nilai-nilai agama sehingga mengancam kekokohan masyarakat Barat itu sendiri.  Apa yang kita anggap sebagai kebenaran yang jelas dan unversal di Indonesia, seperti keberadaan Tuhan, kesakralan pernikahan, dan perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan dalam banyak kasus, hal-hal tersebut justru menjadi kontroversi besar di Barat," jelasnya.


Cholil menjelaskan bahwa sekalipun Muslim di Indonesia menganggap agama sebagai berkah dan sumber kasih sayang, tetapi banyak orang Barat yang menganggap agama hanya sebagai penghalang kemajuan materi atau bahkan lebih buruk lagi. 


"Padahal, sebagaimana kita ketahui, Allah menitipkan kehidupan kepada Nabi Adam dan memuliakan umat manusia dengan potensi bawaan untuk menjadi khalifatullah fi al-ardh (wakil Tuhan di muka bumi)," katanya.
 

Cholil berpendapat, setiap manusia mempunyai jiwa yang diciptakan oleh Tuhan. Setebal apa pun selubung ketidaktahuan dan pengingkaran terhadap kebenaran yang menggelapkan jiwa, manusia memiliki kecenderungan untuk menundukan kepada cahaya Tuhan. 


"Dorongan ini yang tidak akan pernah bisa hilang sama sekali yang membuat masyarakat di seluruh dunia mudah menerima organisasi seperti NU, yang dapat berfungsi sebagai pedoman acuan yang mengingatkan umat manusia akan takdir dan asal usul kita yang mulia," katanya.


Lebih jauh, Cholil menginformasikan bahwa para penganut agama di negara lain termasuk mereka yang berbeda agama sangat terinspirasi ketika mengetahui visi Nahdlatul Ulama saat ini, yakni Merawat Jagat Membangun Peradaban.


"Laki-laki dan perempuan yang merefleksikan nilai-nilai keteladanan Islam dan peradaban Nusantara merupakan aset strategis Indonesia yang paling signifikan secara geopolitik dan tentu saja paling unik. Kunci kemampuan Nahdlatul Ulama dalam mempengaruhi dunia terletak pada pilihan pemimpin yang inspiratif," terangnya.