Nasional

Ngaji Ihya Gus Ulil Berbuah Kuis dan Kursus Menulis

Ahad, 14 Juni 2020 | 13:00 WIB

Ngaji Ihya Gus Ulil Berbuah Kuis dan Kursus Menulis

Gus Ulil sedang mengaji Ihya dari kediamannya di Bekasi. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online
Pengajian kitab Ihya’ Ulumiddin yang diampu Ulil Abshar Abdalla (Gus Ulil) sepanjang Ramadhan 1441 H ini memasuki tahun keempat. Ngaji daring ini menyisakan catatan menarik sekaligus menginspirasi. Untuk tahun ini, ngaji magnum opus karya Imam al-Ghazali ini berbuah kuis dan kursus menulis.


Kegiatan yang dikelola secara rapi oleh Ienas Tsuroiya, istri Gus Ulil, ini dijadwalkan dua hari, Sabtu-Ahad, 13-14 Juni 2020 malam pukul 20.00 WIB hingga selesai. “Semua peserta #KuisNgajiIhya sudah saya masukkan ke dalam WA Group Kursus Menulis,” kata Ning Ienas, sapaan akrabnya, Sabtu (13/6).


Melalui Grup WhatsApp yang dikelola Ning Ienas, Gus Ulil menyapa para peserta kuis ngaji Ihya dan kursus menulis.


“Teman-teman semua para peserta Kuis Ngaji Ihya, selamat datang di Kursus Menulis untuk para peserta kuis. Pertama-tama, saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang sudah bersedia mengikuti kuis ngaji ihya dan membagikan berbagai pengalaman yang bagi saya luar biasa,” ujarnya mengawali diskusi.


Gus Ulil mengatakan, dalam kuis yang dihelat selama lebih kurang sepekan beberapa waktu lalu itu ada yang memenangkannya, ada pula yang tidak. Meski demikian, seluruh peserta kuis mendapat ‘bonus’ mengikuti kursus menulis dengan narasumber Abdul Gaffar Karim (Dosen Fisipol UGM Yogyakarta), Kalis Mardiasih (aktivis muda NU) dan Iqbal Aji Daryono (aktivis muda Muhammadiyah).


“Semua tulisan yang dikirimkan teman-teman saya anggap sebagai tulisan yang bagus dan keren. Ini menunjukkan bahwa teman-teman ini memiliki perhatian khusus kepada Ngaji Ihya’. Dari tulisan itu, saya bisa melihat bahwa teman-teman mendapatkan sesuatu,” ujarnya.


Menurut Gus Ulil, dirinya membagikan kursus menulis itu lebih bersifat pengantar awal. Bukan merupakan kursus yang secara teknis mengajari peserta untuk menempuh langkah demi langkah mempelajari semua kiat dan tips-tips menulis. Sebab, itu membutuhkan waktu yang cukup lama. Tidak cukup hanya satu sesi saja.


“Tujuan saya menyelenggarakan kursus menulis ini sebetulnya untuk memantik minat teman-teman  untuk menulis. Dan secara pelan-pelan mempelajari sejumlah tips menjadi penulis yang bagus dan inspiratif,” ujarnya.


Narasumber pada kursus menulis hari pertama, Abdul Gaffar Karim, usai dipersilakan Gus Ulil langsung menyapa melalui tulisan di WAG tersebut. “Salam semuanya. Perkenalkan saya Abdul Gaffar Karim dari Yogyakarta. Saya sehari-hari kerja di FISIPOL UGM,” ujar Gaffar. 


“Dalam kesempatan ini, saya akan membagi beberapa kiat berdasarkan pengalaman saya dalam menulis. Yang sebagian juga sudah dicakup oleh Gus Ulil tadi. Saya akan mulai dengan gambar berikut ini. lalu, nanti saya akan membahas gambar itu dengan voice notes,” sambungnya.


Dalam gambar tersebut, Gaffar membuat ilustrasi tentang rambu penulisan yang terdiri dari tiga hal. Pertama, gaya. Poin ini meliputi tiga hal, yakni sasaran pembaca, media penerbitan, timing. Kedua, ide. Poin ini meliputi tiga hal, yakni orisinil, tunggal, relevan. Ketiga, kaidah. Poin ini meliputi tiga hal, yakni gramatika, akademik, sosial.


Pantauan NU Online, total peserta 110 warganet dari berbagai penjuru Nusantara, antara lain Aceh, Batam, Kalimantan, dan Papua. Beberapa bahkan tercatat dari mancanegara seperti Amerika Serikat, Belgia, Timur Tengah, dan Australia. Para peserta terdiri dari beragam latar belakang. Ada mahasiswa S2, aktivis ormas kepemudaan, penulis, dokter, dan pekerja lepas.


Pewarta: Musthofa Asrori
Editor: Abdullah Alawi