Nasional

Ngaji Pasanan, Tradisi Islam Nusantara Bangkitkan Literasi Keislaman

Sen, 13 Mei 2019 | 11:45 WIB

Jakarta, NU Online
Wakil Katib Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Provinsi Jawa Tengah H Nasrullah Afandi mengatakan, tradisi Islam Nusantara yang kerap dilakukan oleh masyarakat Indonesia pada bulan Ramadhan telah membangkitkan literasi keislaman.

Menurutnya, hal itu dapat dibuktikan dari banyaknya kegiatan yang menjurus kepada pembelajaran ilmu Agama Islam yang dilakukan secara rutin setiap tahunnya. Bahkan, tradisi itu telah mengakar menjadi sebuah kegiatan yang tidak boleh ditinggalkan.

Tradisi Islam Nusantara itu kata Gus Nasrul panggilan akrabnya, antara lain Ngaji Pasanan di pesantren, program pesantren kilat di berbagai lembaga, buka puasa bersama yang dibalut dengan taushiyah dan berbagai aktifitas yang berpotensi menambah keimanan seseorang.

"Islam nusantara punya tradisi yang sangat luar biasa, setiap datangnya ramadhan yaitu banyak kegiatan kegiatan yang membangkitkan keilmuan. Apa contohnya?, hampir di semua pesantren ada  pesantren pasanan yang mana pesantren itu santrinya silang. Santri ini ikut ngaji di pesantren ini, santri pesantren itu ngaji di pesantren ini," tutur Gus Nasrul saat Ngaji Pasanan di Pesantren Balekambang Jepara, Jawa Tengah, Senin (13/5).

Ia menuturkan, kegiatan Ngaji Pasanan yang mengkaji isi kitab kuning tertentu secara keseluruhan dalam waktu singkat merupakan gejala yang positif yang tidak ada pada negara islam yang lain. Di negara luar, Ramadhan hanya disi dengan kegiatan tarawih, puasa dan taushiyah singkat sebelum tarawih dilakukan.

"Itu tradisi itu gegap gempita, yang tidak dimiliki bangsa lain, di negara lain paling ada jelang shalat taraweh yaitu imam tertentu memberikan tausiyah beberapa menit," ujarnya.

Selain pasanan, lanjut Gus Nasrul, jika datang bulan Ramadhan di kawasan perkampungan di Indonesia muncul berbagai tradisi yang mengarah kepada ajakan kebaikan. Misalnya ada istighotsah sebelum berbuka puasa di majelis ta'lim dan pengajian di mushala-mushala.

"ini menandakan bahwa bulan suci Ramadhan ini punya ruang keilmuan punya ruh kebangkitan ilmu pengetahuan yang luar bIasa,"pungkasnya (Abdul Rahman Ahdori/Muiz)