Nasional MUNAS NU 2015

Pandangan Kiai Ma’ruf Amin tentang Penerapan Ahwa

NU Online  ·  Senin, 15 Juni 2015 | 04:30 WIB

Jakarta, NU Online
Selain warga NU di tingkat akar rumput, Mustasyar PBNU KH Ma’ruf Amin juga angkat bicara soal rencana penerapan sistem Ahlul Halli wal Aqdi (Ahwa) dalam menentukan pemumpin baru NU pada Muktamar ke-33 NU di Jombang awal Agustus mendatang.<>

Ia menyebut posisi Rais Aam di tubuh NU adalah maqam (derajat yang tinggi), sehingga yang berhak mendudukinya adalah shahibul maqam (yang layak pada posisi itu). “Menurut saya standar Rais Aam itu ya (seperti) KH Wahab Chasbullah, atau paling tidak yang mendekati beliau,” tuturnya pada forum Musyawarah Nasional Alim Ulama, Ahad (14/6) malam.

Pada forum yang digelar di gedung PBNU, Jakarta, ini hadir perwakilan dari 27 Pengurus Wilayah NU (PWNU) dari berbagai daerah di Indonesia. Forum tertingi setelah Muktamar NU ini fokus pada pembahasan Ahlul Halli wal Aqdi, model pemilihan melalui semacam tim formatur yang terdiri dari orang-orang terpilih.

“Memang harus dijaga. Menurut saya ada dua cara pengamanannya. Yang pertama adalah kriteria, dan yang kedua adalah sistem. Sistem saja tanpa kriteria, bisa nyelonong. Kriteria tanpa sistem juga sulit terealisasi,” imbuhnya.

Kiai Ma’ruf Amin memaparkan, setidaknya Rais Aam memiliki empat kriteria, antara lain faqih atau berwawasan agama secama mendalam, munadhdhim (organisatoris), muharrik (penggerak), dan mutawarri’ (berlaku sangat hati-hati dan jauh dari kepentingan duniawi).

“Rais Aam itu harus menjadi merupakan penggerak , bukan bergerak sendiri. Kalau bergerak sendiri namanya gasing. Yang keempat harus mutawarri’, wira’i,” tutur Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat ini.

Bagi Kiai Ma’ruf Amin, keempat hal tersebut adalah kriteria ideal, yang semestinya dipenuhi atau paling tidak mendekati sejumlah kriteria tersebut.  Kriteria ini akan semakin terjaga ketika didukung oleh sistem yang memungkin hal itu.

“Saya kira Ahlul Halli wal Aqdi adalah sistem yang paling aman. Sehingga orang yang tidak paham tidak meilih orang yang mereka tidak paham, memilih yang bukan shahibul maqam,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Kiai Ma'ruf Amin tidak mengungkapkan pendapatnya secara spesifik tentang penerapan sistem Ahwa untuk pemilihan ketua umum tanfidhiyah. (Mahbib Khoiron)