Nasional BEDAH BUKU

Pandemi Corona, Tuhan Tekan ‘Pause’ Aktivitas Kehidupan Manusia

Sel, 23 Juni 2020 | 06:00 WIB

Pandemi Corona, Tuhan Tekan ‘Pause’ Aktivitas Kehidupan Manusia

Plt Kaban Litbang Diklat Kemenag H Mahsusi saat memberi sambutan dalam bedah buku. (Foto: Dok. Humas Litbang Kemenag)

Jakarta, NU Online
Pandemi virus Corona (Covid-19) membuat beragam aktivitas masyarakat berhenti dalam beberapa waktu, mengingat adanya larangan berkerumun dan anjuran untuk melakukan segala kegiatan di  rumah saja. Cendekiawan Muslim Haidar Bagir menyebut bahwa wabah seperti ini seolah Tuhan tengah menekan tombol ‘pause’.


“Seolah Tuhan sedang memencet tombol pause dalam kehidupan kita,” kata Haidar dalam Diskusi dan Bedah Buku ‘Agama di Tengah Musibah: Perspektif Spiritual’ yang ia tulis. Acara yang digelar di Hotel A-One Jl KH Wahid Hasyim Jakarta ini diinisiasi Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan (BALK) Balitbang Diklat Kemenag RI, Selasa (23/6).


Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa penghentian Tuhan atas segala aktivitas kehidupan ini memberi ruang dan waktu kepada manusia untuk berpikir dan mengevaluasi dirinya dalam menjalani kehidupan di dunia ini.


Senada dengan Haidar, Franz Magnis Suseno menyebut pandemi seperti saat ini merupakan disrupsi, yakni menghentikan langkah manusia untuk mencapai tujuannya secara tiba-tiba. Meskipun demikian, menurut dia, kita harus meyakini bahwa kita tetap berada dalam lindungan Tuhan.


“Bagi saya, ada sesuatu yang sangat membantu, yaitu ada disrupsi. Tetapi, kita tetap di tangan Tuhan. Disrupsi dalam hidup kita tidak berarti di tangan Tuhan ada disrupsi. Kita tidak mengerti rencana Tuhan,” ujar Guru Besar Filsafat Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara Jakarta itu.


Sebab, lanjut dia, Tuhan tidak akan melupakan manusia dan tidak menyingkirkan mereka. Andaikata semua orang meninggalkan kita, katanya, Tuhan tidak meninggalkan kita. “Kita tidak ditinggalkan oleh Tuhan,” tandasnya.


Melengkapi keduanya, Menteri Agama Kabinet Kerja (2014-2019) Lukman Hakim Saifuddin mengungkapkan bahwa pandemi menjadi ruang dan waktu refleksi bagi manusia untuk mengoreksi diri mereka.


“Sepakat dengan Mas Haidar, wabah adalah pause, cara Tuhan menghentikan aktivitas keseharian kita. Perlu diperbaiki. Ini bentuk koreksi kepada kita semua,” ujarnya.


Lukman juga sepakat dengan Romo Magnis bahwa pandemi merupakan sarana meningkatkan solidaritas mengingat semua manusia hidup bersama. “Disrupsi melalui pandemi ini harapannya agar solidaritas di antara kita lebih baik. Kita disadarkan bahwa kita saling membutuhkan satu sama lain. Satu terkena bisa mengakibatkan umat terkena,” pungkasnya.


Hadir dalam diskusi tersebut, Plt Kepala Badan (Kaban) Litbang Diklat Kemenag H Mahsusi, Sekretaris Badan (Sesban) Litbang Diklat M Ishom Yusqi, sejumlah pejabat Eselon 3 dan 4, para peneliti serta puluhan tamu undangan dari berbagai instansi.


Pewarta: Syakir NF
Editor: Musthofa Asrori