Nasional

PBNU: Masyarakat Tidak Perlu Reaktif Soal Al-Quran Langgam Jawa

NU Online  ·  Kamis, 21 Mei 2015 | 12:02 WIB

Jakarta, NU Online
Rais Syuriyah PBNU KH Masdar F Mas’udi mengajak masyarakat untuk tetap tenang menyikapi pembacaan Al-Quran dengan langgam lokal. Terlalu sensitif, manusia cenderung kehilangan daya cerna sehingga tergesa-gesa memutuskan sesuatu.
<>
“Jangan keterlaluan. Masak apa saja diributkan? Jangan reaktif begitulah. Agama itu juga soal rohani, sangat dekat dengan dzauq, perasaan. Tetapi dzauq di sini jangan diartikan sebagai emosi kemaharan, kebencian,” kata Kiai Masdar kepada NU Online di Jakarta, Selasa (19/5) sore.

Menanggapi kontroversi pembacaan Al-Quran dengan langgam Jawa di Istana Negara, Jumat (15/5), Kiai Masdar menegaskan bahwa langgam lebih dekat dengan soal budaya.

Dalilnya jelas, “Bacalah Al-Quran dengan baik”. Ulama memahami dalil ini sebagai kewajiban bagi pembaca Al-Quran untuk pertama memerhatikan makhraj juga tajwidnya. Ini paling penting, ujar Kiai Masdar.

Jangan sampai tertukar panjang-pendeknya. Jangan juga “ha” dibaca “kha”, huruf hamzah dibaca sebagai ain, atau sebaliknya. Ini bisa merusak makna.

Kedua, tetap harus menghargai dan menghormati kalimat Al-Quran sebagai sesuatu yang suci dan Ilahi. Perlu respek pada Al-Quran, bukan niat melecehkan.

“Jadi tidak boleh ada maksud-maksud yang kurang menghormati. Mau langgam apa, tidak masalah asal taat pada dua asas tadi itu,” tandas Kiai Masdar. (Alhafiz K)