Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama melalui Lakpesdam dan LTN PBNU menggelar diskusi menyoroti sektor pertanian yang dianggap kurang mendapat perhatian serius dari pemerintah. Padahal, sektor tersebut mempunyai peranan penting dalam pembangunan perekonomian nasional.
"Sektor pertanian kurang mendapatkan perhatian secara serius dari pemerintah dalam pembangunan bangsa, mulai dari produksi dan peta produksi, proteksi, kelembagaan permodalan, hingga kebijakan lain yang belum sepenuhnya menguntungkan bagi sektor pertanian," kata panitia Imam Ma'ruf di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Rabu (26/9).
Acara yang mengusung tema Industrialisasi Pertanian Global dan Dan bagi Pertanian Indonesia ini menghadirkan empat pembicara, yakni Ketua LTN PBNU Hary Usmayadi, Direktur Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Dudi Iskandar, PT Tanijoy Mulyani, dan Localvest Anggita Kharisma.
Menurut Imam, selama ini program-program pembangunan pertanian belum terarah tujuannya, bahkan semakin menjerumuskan sektor pertanian pada keterpurukan. Padahal sektor pertanian merupakan sektor yang sangat banyak menampung lapangan tenaga kerja dan sebagian besar penduduk kita tergantung pada sektor pertanian ini.
Di sisi lain, di perdagangan bebas seperti sekarang ini, negara-negara anggota World Trade Organitation (WTO) seperti Indonesia harus tunduk terhadap WTO dalam mengatur serta mengendalikan sistem pangannya yang kemudian terjebak dalam lingkaran tersebut dan harus menanggung konsekwensi yang ada. Pemerintah yang melakukan pengurangan subsidi maupun menghapus subsidi, katanya, dapat merugikan petani dalam negeri. Hal tersebut membuat petani Indonesia kalah bersaing dengan produk pangan yang dihasilkan dari luar negeri yang kemudian diimpor di Indonesia.
Ia berharap, masyarakat Indonesia harus mempunyai tawaran penyelesaian bagi persoalan pertanian dengan menggunakan pendekatan teknologi, baik dalam hal produksi, pasca panen maupun tata kelola perdagangan hasil pertanian yang bisa mempertemukan antara petani produsen dengan konsumen atau pasar.Â
Oleh sebab itu, menurutnya, sudah seharusnya para petani memahami teknologi informasi dan membekali diri dengan penguasaan pertanian berbasis teknologi karena informasi pasar dan sistem pergantian musim tidak bisa diprediksi. Oleh karena itu, Indonesia sebagai negara agraris sekaligus kepulauan menjadi sangat relevan membincang teknologi yang mampu menjawab tantangan tersebut.Â
"Selama ini center of excellent technology Indonesia berkembang di perguruan tinggi, perusahaan, lembaga negara dan komunitas profesional namun sedikit sekali yang berlatar belakang petani," katanya.
Menurutnya, NU yang mewakili potret terbesar fakta sosial keagamaan di Indonesia berkepentingan untuk menjawab tantangan tersebut sesuai dengan misinya yang mengusung Islam rahmatan lil 'alamin. "Jangan sampai petani terlindas oleh hasil kreasinya dalam arus kemodernan, tetapi menambah maslahat dan manfaat penunjang," ucapnya. (Husni Sahal/Abdullah Alawi)