Nasional HARDIKNAS 2019

Pemerataan Pendidikan Bukan Hanya pada Sarana Prasarana

Kam, 2 Mei 2019 | 16:30 WIB

Pemerataan Pendidikan Bukan Hanya pada Sarana Prasarana

Siti Nur Syamsiah (berkerudung) bersama anak-anak Papua.

Jakarta, NU Online
Aktivis PMII, Siti Nur Syamsiyah, menilai penyetaraan pendidikan di Indonesia bukan hanya terpenuhinya fasilitas sarana dan prasarana, namun juga terkait mutu para pendidiknya itu sendiri.

"Kalau sarana dan prasarana pemerintah sudah mulai maksimal. Tapi kalau melihat terutama wilayah perbatasan, soal pendidiknya untuk meningkatkan mutu pendididikan kalau mungkin lebih baik diperbanyak," katanya kepada NU Online, Kamis (2/5) sore.

Untuk meningkatan mutu pendidikan, menurut gadis yang pernah ditugaskan mengajar di Papua tahun 2017-2018 lalu di wilayah tertinggal, ketersediaan tenaga pendidik dapat mewujudukan pendidikan yang lebih bervariasi. Tenaga pendidik di wilayah tertinggal juga hendaknya mampu mendorong kemajuan siswa lokal di wilayah tersebut.

"Faktanya di Sorong tempat saya mengikuti program Bina Kawasan, siswa atau masyarakat lokalnya kurang terdorong untuk mengenyam pendidikan dengan maksimal. Yang berkembang ya siswa di sana tetapi dari keluarga pendatang," sambungnya.

Menurutnya diperlukan tenaga pendidik yang bisa memfasilitasi atau mendorong siswa lokal untuk memiliki minat dan semangat untuk maju.

Keadaan yang cukup ideal, menurutnya di perkotaan seperti di Jawa. Namun bukan berarti tanpa ada masalah. Ia mengatakan prihatin di sebuah sekolah ada murid yang berani melawan gurunya. Ada pula siswa yang mengalami kekerasan.

Mengatasi hal tersebut, menurut alumni IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini, diperlukan pengawasan yang melibatkan orang tua dan guru. Komunikasi antara tenaga pendidik dengan orang tua siswa sangat diperlukan dan terbukti efektif.

Syam menceritakan di lingkungan tempat tinggalnya para orang tua dari anak-anak TK membuat grup WhatsApp di mana tenaga pendidik tergabung di grup tersebut. Dengan itu orang tua dan guru dapat saling komunikasi dan dapat saling mengawasi.

Ia menilai sangat tidak tepat jika guru dan orang tua siswa saling mengandalkan dan menyalahkan. "Kadang kala kan orang tua menyerahkan perkembangan anak-anaknya hanya kepada guru, dengan alasan membayar mahal. Lalu guru juga merasa sudah menyelesaikan tugasnya jika usai jam sekolah," ujarnya. (Kendi Setiawan)