Nasional

Pemerintah Wajib Dihormati Selama Tidak Melarang Shalat

NU Online  ·  Selasa, 8 Januari 2019 | 12:50 WIB

Jakarta, NU Online
Ketika Nabi Muhammad hijrah karena dizalim, lebih tepatnya, penduduk Makkah dizalimi oleh pemerintah. Maka, Nabi Muhammad tidak melawan. Sebab kalau melawan, berarti memberontak. Perbuatan memberontak (bughot) dilarang dalam agama.

Demikian diungkapkan Rais Syuriyah PBNU KH Mustofa Aqil Siroj saat memberikan mauidzah hasanah dalam Haul Gus Dur ke-9, Pesantren Motivasi Indonesia, Kampung Cinyosog, Desa Burangkeng, Setu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Senin (7/1) malam.

“Jadi yang melawan pemerintah sama dengan pemberontak,” jelas Ketua Umum PB Majelis Dzikir Hubbul Wathon (MDHW) ini.

Dalam sebuah hadits, lanjutnya, Nabi Muhammad memerintahkan kepada umat Islam untuk menaati dan menghargai pemerintah sepanjang tidak melarang shalat.

“Kalau pemerintah tidak melarang shalat, harus dihormati dan dihargai, jangan dihina. Maka ketika kita sudah paham bahwa negara kita adalah Indonesia yang berideologi Pancasila, lantas ada ormas yang anti-Pancasila, apa bedanya dengan pemberontakan? Minimal itu adalah benih-benihnya,” tutur Kiai Mustofa.

Maka, ia mengajak hadirin untuk mengambil pelajaran dari peristiwa hijrah Nabi adalah bahwa Nabi Muhammad sebagai penduduk Makkah, tidak melawan kepada pemerintah sekalipun telah dizolimi.

“Akhirnya disitulah Nabi memutuskan untuk hijrah. Ketika hijrah dan sudah sampai di Madinah, Nabi dizolimi oleh penguasa Makkah yang dulu menzoliminya, lantas Nabi melawan. Karena posisinya sudah bukan lagi sebagai penduduk Makkah,” pungkas Pengasuh Pondok Pesantren KHAS Kempek Cirebon ini.

Dalam kesempatan Haul Gus Dur ke-9 ini, selain Kiai Mustofa, hadir juga beberapa tokoh. Diantaranya Ketua Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Agus Salim, Pengasuh PMI KH Nurul Huda, dan perwakilan dari Katolik Romo Antonius Antara Pr.

Acara ini dihibur Lembaga Seni dan Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) Kabupaten Bekasi, Musik Jalanan Center, dan cucu Mbah Surip sekaligus Penasihat Iwan Fals, Farid Surip. (Aru Elgete/Fathoni)