Nasional

Pemilu 2024, Sejumlah Tokoh Berharap Keutuhan Bangsa Tetap Terjaga

Jum, 12 Januari 2024 | 21:30 WIB

Pemilu 2024, Sejumlah Tokoh Berharap Keutuhan Bangsa Tetap Terjaga

Pertemuan Gerakan Nurani Bangsa dengan Wapres KH Ma'ruf Amin pada Kamis (11/1/2024). (Foto: istimewa)

Jakarta, NU Online

Sejumlah tokoh yang tergabung dalam Gerakan Nurani Bangsa (GNB) menemui Wakil Presiden Republik Indonesia (Wapres RI) KH Ma’ruf Amin di Istana Wakil Presiden, Jalan Merdeka Selatan, Jakarta, Kamis (11/1/2024).


Para tokoh yang terdiri dari Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, Quraish Shihab, Sayyid Muhammad Hilal Al Aidid, Lukman Hakim Saifuddin, Karlina Rohima Supelli, Makarim Wibisono, Kardinal Suharyo, Pendeta Gomar Gultom, dan Alissa Wahid berharap di transisi kepemimpinan 2024 keutuhan bangsa tetap terjaga.


Menteri Agama 2014-2019 Lukman Hakim Safuddin mengatakan bahwa pemilu sebagai sebuah agenda politik yang berlangsung secara periodik dan merupakan keniscayaan dari proses demokrasi itu sendiri, memang tidak dapat dihindarkan dari melahirkan banyak polarisasi yang berpotensi mengancam keutuhan bangsa.


“Jadi, kami semua ini bertemu pada titik temu yang sama, yaitu komitmen agar bangsa ini di tengah kemajemukan yang beragam ini tetap utuh, bisa tetap terjaga, terawat, terpelihara dengan baik. Karena inilah yang diwariskan oleh para pendahulu-pendahulu kami,” ujarnya pada Konferensi Pers.


Ia berharap seluruh anak bangsa sadar bahwa keutuhan bangsa perlu dijaga dengan cara lebih menekankan nilai-nilai, nilai moral, nilai etika, asas-asas kepantasan, kepatutan, serta senantiasa menggunakan akal sehat dan hati yang bersih.


Menurutnya, akal sehat dan hati bersih bukan untuk dipisahkan, apalagi diperhadapkan atau dibentur-benturkan, melainkan merupakan satu kesatuan yang harus digunakan secara bersamaan, yaitu akal sehat dan hati yang bersih.


“Itu tidak hanya bagi seluruh anak bangsa, tetapi juga khususnya bagi penyelenggara negara yang mendapatkan amanah untuk bisa menegakkan keadilan dalam rangka mewujudkan kemaslahatan bersama,” jelasnya.


Hal senada juga diungkapkan oleh Uskup Agung Jakarta, Kardinal Suharyo. Ia mengatakan bahwa yang paling penting adalah menjaga, merawat, dan mengembangkan kebersatuan.


Menurutnya, jika melihat sejarah, Indonesia dijajah oleh Belanda selama 350 tahun. Hal yang mengakibatkan ketidakmerdekaan itu karena negara ini dipisahkan dan dibelah-belah. Hingga pada tahun 1928, dengan Sumpah Pemuda, semangat satu nusa, satu bangsa, satu bahasa berhasil menyatukan yang beragam menjadi satu. Kemudian, 17 tahun setelahnya, dilakukan proklamasi kemerdekaan.


“Menurut saya, proklamasi kemerdekaan itu sangat dahsyat dan sangat simbolik. Ketika kita sungguh-sungguh bersatu, lalu apapun yang ada di depan kita sebagai tantangan bisa diatasi,” ujarnya.


Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa situasi di mana pun tidak pernah ideal, tidak ada situasi yang sempurna. Oleh karena itu, ketika menghadapi situasi seperti yang dialami bangsa kita saat ini, apapun yang terjadi, baik atau buruk, dengan berbagai macam peristiwa, terutama yang berkaitan dengan pemilihan umum, penting untuk menjaga kesatuan.


Menurutnya, modal dasar dari bangsa kita adalah kebersamaan, yang harus dirawat dan dikembangkan dalam keadaan apapun juga, dalam konteks apapun juga.


“Ada banyak hal yang tidak baik-baik saja, tetapi tantangannya bagi bangsa Indonesia justru itu, ketika keadaan tidak baik-baik saja, yang paling pokok dipertahankan, diusahakan, dan dikembangkan adalah persatuan dan kesatuan Indonesia,” pungkasnya.


Sementara itu, Wapres KH Ma’ruf Amin mengungkapkan, salah satu tantangan terdekat dalam merawat keutuhan bangsa adalah kontestasi Pemilu 2024.


Pemilu, kata Wapres, dapat menyebabkan polarisasi masyarakat yang berujung pada perpecahan. Sehingga, peran tokoh bangsa saat ini sangat diperlukan, khususnya untuk mengingatkan agar masyarakat dapat terus mampu menjaga batas perbedaan pilihan politik pada koridor yang tidak menimbulkan konflik.


“Saya pikir tokoh-tokoh ini harus terus melakukan upaya-upaya melalui berbagai pertemuan, forum, untuk menyuarakan harus seperti apa menjaga dan merawat keutuhan bangsa ini,” ujarnya.


Wapres menyatakan bahwa jika bangsa Indonesia sampai terpecah, itu akan dianggap sebagai pengkhianatan terhadap perjuangan para pendiri bangsa yang telah berjuang menyatukannya pada masa lampau.


“Bisa dibayangkan negara seluas ini bisa disatukan, itu menurut saya itu bukan pekerjaan mudah. Bagaimana masa itu dengan keterbatasan alat komunikasi dan transportasi, tetapi luar biasa bisa menyatukan berbagai etnik, agama, melalui kesepakatan nasional,” pungkasnya.