Nasional

Pendidikan Islam Indonesia Terprogresif di Dunia Perlu Dijaga dari Radikalisme

Kam, 25 Agustus 2022 | 15:30 WIB

Pendidikan Islam Indonesia Terprogresif di Dunia Perlu Dijaga dari Radikalisme

Pendidikan Islam Indonesia yang paling progresif di dunia ini perlu dijaga dari radikalisme dan ekstremisme. (Foto: para narasumber The 8th ICEMS, Istimewa)

Bandung, NU Online

Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Azyumardi Azra menegaskan bahwa pendidikan Islam di Indonesia adalah yang terbesar dan terprogresif di dunia. Dalam hal ini, pesantren serta madrasah telah berkembang secara progresif baik dari segi jumlah maupun dari segi kurikulum. 


Potensi yang luar biasa ini perlu dijaga agar terhindar dari ide-ide radikal. Pasalnya, kelompok teroris menyasar satuan pendidikan untuk merekrut anggota-anggotanya. Untuk itu, kepala sekolah dan guru-guru mesti waspada pada ide-ide radikal yang disebarkan melalui pengajaran di sekolah dan kegiatan ekstrakulikuler.


“Kita perlu menjaga pendidikan Islam di Indonesia dari segala upaya kelompok-kelompok yang ingin mengubah dasar negara Pancasila menjadi sistem khilafah.” tegas Azra dalam Konferensi The 8th ICEMS 2022 dengan tema The Future of Education: Moderate, Inclusive, and Professional di Hotel Tjokro Premier Bandung tanggal 22-24 Agustus 2022.


Ketua Balai Litbang Agama Jakarta Kemenag RI Samidi menilai bahwa potensi besar sumber daya manusia (SDM) Indonesia salah satunya dibentuk dan dilahirkan oleh pesantren dan madrasah. “Di Indonesia, pesantren dan madrasah merupakan akar peradaban yang penting dalam menyiapkan sumber daya manusia,” katanya.


Dalam kesempatan yang sama, Wakil Menteri Agama RI Zainut Tauhid menekankan pentingnya moderasi agama di bidang pendidikan. Baginya, pendidikan adalah instrumen penting dalam membangun generasi yang moderat dan inklusif tidak hanya di Indonesia tapi dunia global. Pendidikan jangan hanya terbatas untuk mentransformasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan tetapi juga menghasilkan lulusan yang memiliki wawasan kebangsaan. 


“Ideologisasi bangsa perlu ditularkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui satuan pendidikan. Sehingga semestinya, tidak perlu terjadi adanya satuan pendidikan yang mengajarkan nilai-nilai yang kontraproduktif dengan ideologi negara.” Imbuh Dr. Zainut Tauhid, M.Si.


Di sisi lain, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang turut hadir dalam konferensi ini menggarisbawahi bahwa pendidikan yang moderat mengandaikan bahwa tersedianya kesempatan bagi peserta didik untuk bertemu dan berinteraksi secara aktif dengan komunitas yang berbeda. Sehingga muncul mutual-respect dan akhirnya mereka punya kecakapan untuk berkolaborasi, bekerja sama dengan komunitas yang berbeda. 


Untuk itu, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Sururin menegaskan akan pentingnya keterpenuhan atas kebutuhan strategi pendidikan yang moderat, inklusif, dan profesional.


“(Perlu adanya) Pendidikan yang mengimplementasikan gagasan moderasi beragama sekaligus mengatasi learning loss yang terjadi selama pandemi Covid-19,” kata pengurus Pimpinan Pusat Muslimat NU itu.


Acara yang diselenggarakan FITK UIN Syarif Hidayattullah Jakarta bekerja sama dengan Balai Litbang Agama Jakarta, Kemenag RI ini berjalan dengan semarak. Dihadiri Prof. Dr. Amany Lubis, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan pejabat-pejabat lain di lingkungan Kemenag RI. Sekitar 160 pemakalah dari dalam dan luar negeri hadir berbagi hasil penelitian. 


“Harapannya The 8th ICEMS 2022 ini adalah langkah menuju pendidikan yang moderat. Pendidikan yang melahirkan generasi intelektual muslim yang membawa nilai kedamaian.” pungkas, Azkia Muharom Elbantani, Ketua Pelaksana The 8th ICEMS 2022.   


Editor: Syakir NF