Nasional

Penduduk Papua: Jangan Hina Gus Dur, Nanti Kamu Saya Kasih Mati

Sel, 5 April 2016 | 22:01 WIB

Penduduk Papua: Jangan Hina Gus Dur, Nanti Kamu Saya Kasih Mati

Kunjungan Gus Dur ke Papua untuk menerima award tertinggi dari Dewan Adat Papua (DAP) di GOR Cenderawasih, Jayapura, (15/11/2006) Foto oleh JPNN

Kuningan, NU Online
Bagi masyarakat Papua, peran Gus Dur sangat besar dalam membangun perdamaian dan semangat nasionalisme di bumi cenderawasih. Sampai saat ini, peran tersebut terus membekas di dalam hati masyarakat setempat.

Hal ini diungkapkan oleh salah seorang Pengurus Lembaga Kajian Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) PBNU, Eman Hermawan saat mengisi kegiatan Kaderisasi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Kuningan, Jawa Barat. Senin (5/4)

"Bagi orang Papua, jasa-jasa Gus Dur itu tidak terlupakan, mereka bahkan menganggap bahwa Bapak orang Papua itu adalah Gus Dur, jangan lupa dalam konstruksi Bapak kami di sana itu sangat serius, begitu mendalam"ungkapnya

Gus Dur, tambah Eman, dianggap sebagai Bapak Papua karena saat menjadi Presiden, Gus Dur mengganti nama Irian Jaya menjadi Papua. Saat masih bernama Irian Jaya, warga disana bisa dikatakan sebagai masyarakat 'kelas dua'.

"Ketika menyebut nama Papua secara konstitusi, harga diri masyarakat di sana dikembalikan, kesadaran kolektif dalam berbangsa itu menjadi utuh, bahwa masyarakat Papua itu setara dengan warga negara yang lain"tandasnya

Masyarakat Papua, kata Eman, sampai saat ini masih ingat betul kata-kata Gus Dur saat mengganti nama Irian Jaya menjadi Papua, saat itu Gus Dur menyampaikannya ketika matahari berganti pada tanggal 1 Januari 2001.

"Orang Papua sangat ingat betul perkataan Gus Dur kata demi kata; Mata saya memang tidak bisa melihat, tapi hati saya bisa merasakan air mata dan penderitaan orang Papua, maka dari itu wahai orang Papua, hari ini ku kembalikan harga dirimu sebagai bagian utuh dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kata-kata itu membuat mereka bisa menangis," tambah Eman yang beberapa hari yang lalu berkunjung ke Papua.

Ditambahkan, sebelum menjadi Papua ada banyak suku dengan etnik dan bahasa yang berbeda, dalam satu kecamatan saja bahasanya bisa berbeda, namun saat Gus Dur jadi Presiden, orang Papua bisa berbahasa Indonesia dan hal itu mampu menyatukan perbedaan di sana. Sehingga membuat mereka semakin mencintai Gus Dur, saking cintanya kepada Gus Dur orang Papua tidak rela jika Gus Dur dihina.

"Itu Gus Dur Bapak kami, kamu jangan hina bapak kami, nanti kamu saya kasih mati," tegas Eman sambil mengungkapkannya dengan dialek Papua.

Saat ini, kata dia, masyarakat Papua mengajukan kepada DPP PKB untuk membangun Monumen Gus Dur. Keinginan tersebut oleh PKB akan diteruskan kepada Presiden Jokowi agar segera membangun monumen Gus Dur di Papua. (Aiz Luthfi/Zunus)