Nasional

Penjara Terbuka itu Bernama Palestina

Kam, 25 Januari 2018 | 09:01 WIB

Penjara Terbuka itu Bernama Palestina

Ilustrasi (foorenews.com)

Jakarta, NU Online
Melihat peta Palestina dari tahun 1947 hingga kini makin terkikis. Peta negara Palestina saat ini terpecah-pecah. Israel seakan sengaja membuat pemukiman di tengah dua daerah Palestina.

Warga Palestina terisolir. Mereka harus melewati blokade Israel setiap kali ingin pergi ke wilayah Palestina lainnya. Di antara mereka yang melewati wilayah kekuasaan Israel itu adalah para pelajar yang hendak pergi ke sekolah atau kampusnya.

Begitulah kira-kira gambaran terkini situasi di Gaza, Palestina yang dijelaskan oleh Ketua Senat Universitas Islam Gaza (IUG) Nasreddin El Mezaini dalam satu kesempatan di Kantor PBNU lantai 5, Rabu (24/1) kemarin.

Kendala warga Palestina tidak sampai di situ saja. Mereka juga kekurangan aliran listrik. Di Gaza, listrik hanya bisa digunakan seperempat hari. “Listrik hanya bisa digunakan sekitar empat sampai enam jam,” kata Nasreddin.

Bukan hanya bangsa Palestina yang kesulitan, tetapi relawan yang mengirimkan bantuan juga mesti melewati pemeriksaan yang super ketat setiap kali memasuki wilayah perbatasan Israel Palestina.

Tidak semua bantuan bisa mengalir mulus ke Palestina. Belum lagi tembok yang menutupi wilayahnya dan tiga kali perang besar dalam kurun waktu 11 tahun yang menghancurkan bangunan dan fasilitas umum.

Melihat situasi terkekang sedemikian rupa dengan adanya blokade, tembok, serangan Israel, dan pemeriksaan yang amat ketat, sesungguhnya bangsa Palestina berada dalam penjara terbuka.

“Dengan situasi seperti ini, Palestina sesungguhnya assijlil maftuh, penjara yang terbuka,” ujarnya.

Nasreddin sangat bersyukur bisa duduk bersama orang Nahdlatul Ulama, khususnya, dan Indonesia umumnya. Sebab ia merasakan dukungan besar Indonesia untuk kemerdekaan Palestina. Ia menegaskan bahwa Palestina bukan hanya milik bangsanya, tetapi juga milik kaum Muslim di dunia.

“Masalah Palestina itu bukan hanya masalah bangsa Palestina, tetapi masalahnya seluruh kaum Muslimin,” tegasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua PBNU KH Abdul Manan Ghani menganjurkan kepada seluruh Nahdliyin dan seluruh umat Islam untuk senantiasa berdoa bagi keselamatan dan kemerdekaan Palestina.

“Baca qunut nazilah seperti yang PBNU anjurkan,” tegasnya.

Hadir juga pada kesempatan tersebut pengurus Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) KH Bukhori Muslim. Ia menceritakan obrolannya dengan Nasreddin sebelum ke ruang diskusi di lantai 5.

Nasreddin belum pernah lagi memasuki Baitul Maqdis selama kurun waktu 20 tahun. Padahal perjalanan yang ia tempuh hanya satu setengah jam.

Acara yang dipandu oleh Muhammad Nur Hayid ini ditutup dengan doa oleh KH Qosim Arsyadani. (Syakir Niamillah/Fathoni)