Nasional

Pergunu Ajak Dunia Pendidikan Bebas dari Covid-19

Jum, 26 Maret 2021 | 15:30 WIB

Pergunu Ajak Dunia Pendidikan Bebas dari Covid-19

Ketum Pergunu KH Asep Syafudin Chalim menyesalkan karena di Indonesia banyak orang pandai, namun tidak ada yang membuat vaksin yang lebih pasti kehalalannya. (Foto: istimewa)

Jakarta, NU Online

Wakil Ketua Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Aris Adi Leksono mengatakan pandemi Covid-19 yang sudah satu tahun mengancam kesehatan dan keselamatan masyarakat dunia, termasuk Indonesia, juga berdampak pada dunia pendidikan. Tidak hanya aktivitas pembelajaran, kata Aris, dampak Covid-19 juga menyebabkan korban meninggal dunia akibat terpapar virus.

 

"Bahkan hingga korban meninggal dunia bagi warga pendidikan yang di dalamnya ada guru, tenaga kependidikan, pengawas, siswa, dan lainnya," ungkap Aris di Jakarta, Jumat (26/3).

 

Aris mengutip data per 24 Maret 2021 menunjukkan masyarakat Indonesia terpapar Covid-19 pada angka 1,47 juta; angka tingkat kesembuhan 1,3 juta; angka kematian 39.711. "Di dalam data tersebut dipastikan terdapat warga pendidikan. Melihat kondisi tersebut, upaya penyelamatan, penyembuhan, dan membangun budaya sehat merupakan kebutuhan yang harus dilakukan dengan sinergi semua pihak, ilmuwan, medis, praktisi pengobatan, pemerintah, dan masyarakat," imbuh Aris.

 

Program vaksinasi yang dimaksudkan untuk mencegah dan menghentikan Covid-19 menurut Pergunu belum bisa berjalan secara masif menjangkau semua lapisan warga pendidikan. Padahal sektor pendidikan harus segera dipulihkan, tidak bisa diabaikan, sebab masa depan anak bangsa, tergantung kualitas dan mutu layanan pendidikan.

 

"Jika lingkungan sedang sakit maka dunia pendidikan kita juga sakit," kata Aris.

 

Dengan semangat, Lindungi Guru, Indonesia Maju, Pimpinan Pusat Pergunu bekerjasama dengan Nano Center Indonesia mengadakan Webinar Nasional dalam harlah ke-69 Pergunu  dengan tajuk National Healthy Indonesia yang diselenggarakan Jumat (26/3).

 

"Kegiatan ini bertujuan membangun gerakan bersama selamatkan dan sehatkan masyarakat
Indonesia, termasuk guru Indonesia. Kemudian, membangun sinergi dengan berbagai potensi masyarakat Indonesia (ilmuwan, medis, praktisi pengobatan, pemerintah, dan masyarakat), untuk membebaskan Indonesia dari Covid-19," beber Aris terkait penyelenggaraan webinar tersebut.

 

Selain itu webinar juga untuk memberikan pesan dan harapan kepada stake holders pendidikan, bahwa sektor pendidikan harus mendapatkan perhatian dalam penanganan, pencegahan, dan menyelamatkan dari Covid-19.

 

Sementara itu Ketum Pergunu KH Asep Syafudin Chalim mengkritisi fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menyatakan vaksin AstraZeneca dihukumi haram mubah liddarurati. Artinya, sifat asalnya haram, namun boleh digunakan jika dalam keadaan bahaya. Kiai Asep mengatakan ada kandungan pankreas babi dalam vaksin yang diproduksi di beberapa negara tersebut. 

 

Pengasuh Pesantren Amanatul Umah itu menegaskan, penggunaan vaksin tersebut tidak bisa diberlakukan di pesantren yang diasuhnya. Pasalnya sejak awal Covid-19 hingga saat ini para santri tidak ada yang terpapar Covid-19. "Keadaan darurat seperti yang disyaratkan hilang, yang ada vaksin AstraZeneca haram (terlarang) secara mutlak," tegas Kiai Asep.

 

Kiai Asep mengaku sangat menyesalkan karena di Indonesia banyak orang pandai, namun tidak ada yang membuat vaksin yang lebih pasti kehalalannya.

 

Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Alhafiz Kurniawan