Nasional

Perilaku LGBT Bisa Menghilangkan Proses Regenerasi

Jum, 22 Desember 2017 | 14:00 WIB

Tangerang Selatan, NU Online
Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Cholil Nafis mengatakan, perilaku Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) bisa menghilangkan proses regenerasi umat manusia. Terkait LGBT, semua agama melarang karena itu bertentangan dengan fitrah manusia sebagai makhluk yang saling berpasangan.

“Menikah itu karena berlainan jenis. Kalau sesama jenis itu namanya temenan. Kalau nikah sejenis itu bukan nikah, tapi olahraga,” kata Kiai Cholil kepada NU Online melalui pesan tertulis, Jumat (22/12).

Semua manusia, lanjut Kiai Cholil, seharusnya menolak dan melawan siapa saja yang mengampanyekan dan melegalkan LGBT. Selain bertentangan dengan fitrah manusia, LGBT juga melanggar syariat Islam, menodai adat, merusak akhlak serta menghancurkan karakter bangsa. 

“Praktik LGBT sudah ada sepanjang sejarah umat manusia,” imbuhnya.

Ketua Pembina Yayasan Investa Cendekia Amanah itu penderita LGBT harus disadarkan. Orang tua semestinya mengawasi anaknya sejak usia dini. Mereka bisa memberi pendidikan identitas seks sehingga anak bisa tumbuh dan berkembang sesuai dengan identitas gendernya.

“Agar anak laki-laki bertingkah laku dan sifatnya maskulin. Sedang perempuan berorientasi seks dan perilaku sebagaimana wanita feminim,” jelasnya.

Selain itu, penderita lesbian dan gay seharusnya dibimbing dan disayangi, bukan malah dipinggirkan dan diolok-olok. Bagi Kiai Cholil.  terkadang Allah juga memberikan seseorang sebuah penyakit orientasi seks yang berlainan.

“Meski dirinya sendiri sebenarnya resah dengan kondisinya,” lanjutnya.

Sementara, biseksual dan transgender adalah sebuah tindakan yang melawan kodratnya sendiri. Mereka melawan ketentuan yang telah ditentukan Allah. Seperti mengubah kelamin dengan cara operasi atau lainnya. 

“Kita mengasihi dan akan membimbing lesbian dan gay karena musibah dan takdir Allah. Kita menyatakan lawan kepada orang mengampanyekan LGBT,” jelasnya.

Berdasarkan hasil riset yang ada, Dosen Universitas Indonesia ini mengungkapkan bahwa 20 persen penderita lesbian dan gay itu dikarenakan penyakit bawaan. Sementara sisanya disebabkan gaya hidup, opini, dan pergaulan. 

“Lesbian dan gay yang karena ikut-ikutan ini mudah disembuhkan, sedangkan yang bawaan perlu proses waktu,” terangnya. (Muchlishon Rochmat)