Nasional

Pesan Katib 'Aam PBNU di Rembang: Kematian Itu Pasti, Siapkan dengan Mengingat Allah

Sel, 8 Agustus 2023 | 11:00 WIB

Pesan Katib 'Aam PBNU di Rembang: Kematian Itu Pasti, Siapkan dengan Mengingat Allah

Jamaah saat kegiatan Manaqib Kubro, Istighotsah dan Pengajian Umum di Lapangan Desa Karangharjo, Kragan, Rembang Jawa Tengah, Ahad (6/8/2023).​​​​​​​ (Foto: PCNU Lasem)

Rembang, NU Online
Katib 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Akhmad Said Asrori mengingatkan kematian adalah sesuatu yang pasti akan terjadi kepada manusia yang masih hidup. Namun, seorang Muslim tidak boleh merasa takut dengan datangnya kematian.


"Meskipun kita takut mati pada akhirnya tetap mati juga. Yang perlu dikhwatirkan ketika mati itu bawa kalimat La ilaahaillah atau tidak," kata Kiai Said Asrori terang Kiai Said Asrori saat mengisi mauidzah hasanah dalam acara Manaqib Kubro, Istighotsah dan Pengajian Umum di Lapangan Desa Karangharjo, Kragan, Rembang Jawa Tengah, Ahad (6/8/2023).


Oleh karena itu, menurutnya, salah satu untuk menyiapkan datangnya kematian dan kesiapan mengingat Allah saat kematian datang adalah dengan mengikuti tarekat.


"Maka kita harus mempersiapkan (datangnya kematian), salah satunya ikut tarekat, supaya kita terus-menerus berdzikir," ujarnya.


Namun dia juga mengingatkan agar selain bertarikat, juga tetap harus mendalami syariat. "Orang yang bertarekat harus mengaji syariat. Sebab, ikut tarekat yang tidak pakai syariat bisa jadi kafir zindiq dan sesat, bahkan bisa menjadi jadi aliran kepercayan yang meninggalkan ajaran Allah dan Rasul-Nya," tegas Pengasuh Pesantren Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatut Thullab, Magelang itu.


Kegiatan tersebut diselenggarakan Jam’iyyah Ahlit Thariqoh Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyah (JATMAN) Idaroh Lasem dan Rembang. Rais JATMAN Idaroh Wustho Jawa Tengah, KH Dzikron Abdullah pada kesempata itu menjelaskan tentang syariat, tarekat, dan makrifat. Syariat adalah sesuatu yang dilakukan dan ditetapkan oleh Nabi. Adapun syaiat itu berupa hukum wajib, haram, makruh, sunnah dan mubah.


"Contohnya yang wajib, perkara yang mewajibkan mandi wajib ada enam. Salah satunya memasukkan khasyafah (laki-laki) ke dalam farji (perempuan)," terangnya.


Sementara tarekat adalah laku yang khusus orang yang suluk kepada Allah yang melalui beberapa tahapan. Kemudian makrifat yang digambarkan oleh Kiai Dzikron, "Makrifat kalau nisbatnya perahu maka tarekat adalah lautnya, dan makrifat ialah mutiara yang mahal."


Kiai Dzikron mengatakan, jika sudah mencapai makrifat yang ada hanya cinta kepada Allah. "Tenang. Terhadap orang kaya tidak iri, pada orang miskin tidak ngenyek (menghina). Kalau jadi orang berpangkat tidak sombong, kalau jadi orang miskin tidak mangkelan (marah)," ujarnya.


Dia juga mengingatkan seorang Muslim hendaknya sama-sama memperdalam syariat dan tarekat. "Jangan hanya mengaji syariat tanpa tarekat, atau tarekat tanpa syariat. Harus dua-duanya. Semoga kita bisa hubbullah," ajaknya.


"Imam Syafi pernah dawuh (berpesan), di dalam ilmu fiqih tidak ada mahabbah atau cinta, apalagi makrifat. Maka orang mengaji fiqih harus mengaji tarekat," ujar Pengasuh Pesantren Addinuriyah 2 Semarang ini.