Nasional

Prof Quraish: Berbicaralah yang Penting, bukan Penting Bicara

Sab, 17 September 2022 | 07:30 WIB

Prof Quraish: Berbicaralah yang Penting, bukan Penting Bicara

Prof HM Quraish Shihab. (Foto: YouTube Quraish Shihab)

Jakarta, NU Online
Cendekiawan Muslim Indonesia Prof HM Quraish Shihab mengingatkan agar kita berbicara yang penting saja, bukan penting bicara. Sebab, jika tidak, maka bisa jadi menimbulkan pertengkaran.


“Silakan Anda berbicara kalau bermanfaat atau menampik sebuah kemudaratan. Seperti sayyidah Aisyah yang hanya berbicara saat ditanyai Rasulullah terkait isu perselingkuhannya,” jelas Prof Quraish dalam tayangan YouTube Quraish Shihab bertema Sikap dalam Menghadapi Fitnah, pada Rabu (14/9/2022).


Menurut Prof Quraish, tidak perlu membawa berita dari kiri ke kanan untuk memperkeruh hubungan dua orang. Karena, itu merupakan namimah (mengadu domba) yang sangat terlarang.


“Sedangkan jika perkataan atau ucapan yang mengandung kebohongan diucapkan dengan tujuan mencela atau merusak nama baik, mendiskreditkan seseorang, itu namanya fitnah. Salah satu unsur fitnah adalah apa yang dinamai ghibah dan naminah,” jelas pakar Tafsir Indonesia ini.


Prof Quraish menjelaskan bahwa ghibah terambil dari kata ghaib yang artinya tidak hadir. Jadi, ketika menyebutkan sesuatu yang tidak disenangi orang lain sedang orang itu ghaib maka itu termasuk kategori ghibah meski yang disampaikan benar adanya.


Pengarang Tafsir Al-Misbah itu menegaskan bahwa Allah swt berfirman semestinya ketika seseorang mendengar suatu isu tentang orang lain, jika itu dikenal sebagai orang baik maka jangan percaya. Paling tidak, tanyakan atau klarifikasi terlebih dahulu.


“Kita terkadang mendengar, lalu ikut menyebarluaskan. Inilah masyarakat kita. Sebenarnya masyarakat kita bermacam-macam. Paling tidak, ada empat macam masyarakat dalam menyikapi sebuah isu,” ujar Prof Quraish.


Pertama, yakni orang yang dalam benaknya belum ada apa-apa tentu mudah dipengaruhi. Sama halnya dengan orang yang tidak pernah pacaran, jika datang seorang yang menggodanya pasti akan mudah jatuh hati karena tidak memiliki pengalaman.


Kedua, seseorang yang sudah memiliki pandangan dalam benaknya. Akan tetapi, ide itu muncul dari dirinya atau seseorang yang tidak terlalu ia percaya. Ini tentu lebih sulit dihadapi dari model yang pertama.


Ketiga, seseorang yang sudah memiliki pandangan dalam benaknya yang ditanamkan oleh orang-orang terpercaya dan sesuai keinginannya sehingga sulit diubah.


Keempat, yang paling sulit diubah yakni seseorang yang memiliki ide dan juga memiliki kepentingan tertentu.


Prof Quraish berpesan bahwa membicarakan orang lain baik ghibah atau namimah dapat menyebabkan fitnah sehingga harus dihadapi dengan bijak.


“Bersikaplah diam jika tidak bisa berbicara yang baik dan bermanfaat. Tapi, juga jangan diam jika anda perlu berbicara. Karena diam dalam kondisi seperti itu adalah setan yang bisu,” pungkasnya.


Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori