Nasional

Puasa Meningkatkan Kecerdasan Emosional dan Intelektual

Sen, 13 Mei 2019 | 02:50 WIB

Jakarta, NU Online
Salah satu keistimewaan puasa Ramadhan menurut Ulama Tafsir Muhammad Quraish Shihab ialah mengasah kecerdasan. Di antaranya ialah meningkatkan kecerdasan emosional dan intelektual.

Quraish Shihab mengutip salah satu Sabda Rasulullah, “Siapa yang memilih dunia dengan mengorbankan akhirat, maka dunia meninggalkannya dan akhirat pun luput darinya.”

“Dengan kecerdasan emosi, manusia akan mampu mengarahkan emosi atau nafsu ke arah positif sekaligus mengendalikannya sehingga tidak terjerumus dalam kegiatan negatif,” jelas Prof Quraish dikutip NU Online, Senin (13/5) dari laman resminya quraishshihab.com.

Dengan kecerdasan emosi, lanjut penulis Kitab Tafsir Al-Misbah ini, manusia mampu mengendalikan nafsu, bukan membunuh dan meniadakannya. Pengendalian diri, bukan penyangkalan dan peniadaan pribadi.

“Emosi dan nafsu yang terkendali sangat kita butuhkan sebab ia merupakan salah satu faktor yang mendorong terlaksananya tugas kekhalifaan di bumi, yakni membangun dunia sesuai dengan kehendak dan tuntunan Ilahi,” terang Pendiri Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ) itu.

Menurutnya, kecerdasan emosi mendorong lahirnya ketabahan dan kesabaran menghadapi segala tantangan dan ujian. Itu sebabnya ditemukan dalam tuntunan Rasul SAW yang berkaitan dengan puasa.

Apabila salah seorang di antara kamu berpuasa, maka janganlah ia mengucapkan kata-kata buruk, jangan juga berteriak memaki. Bila ada yang memakinya atau mengutuknya, maka hendaknya ia berucap, ‘Aku sedang berpuasa,’ yakni aku sedang mengendalikan nafsuku sehingga tidak akan berbicara atau bertindak, kecuali sesuai dengan tuntunan akal, moral, dan agama.

Kecerdasan yang juga manusia butuhkan adalah kecerdasan intelektual. Jika kecerdasan ini tidak dibarengi dengan keccerdasan spiritual dan emosional, maka manusia, bahkan kemanusiaan seluruhnya, akan terjerumus dalam jurang kebinasaan. Bahkan, ia akan menjadi seperti kepompong yang membakar dirinya sendiri karena kepintarannya.

Quraish Shihab mengatakan, harus diingat bahwa kebodohan bukanlah sekadar lawan dari banyaknya pengetahuan karena bisa saja seseorang memiliki informasi yang banyak, tetapi apa yang diketahuinya tidak bermanfaat baginya.

Karena itu, pesan Luqman as kepada anaknya, “Anakku! Tidak ada baiknya mempelajari apa yang belum engkau ketahui selama engkau belum memanfaatkan apa yang telah engkau ketahui. Ini seperti pengumpul kayu yang tak mampu memikulnya, tetapi ia menambah lagi kayu yang lain untuk dipikulnya.” (Fathoni)