Nasional

Putri Yusuf Mansur Berbagi Kiat Sukses Wirausaha di Usia Muda

Sen, 19 Oktober 2020 | 13:15 WIB

Putri Yusuf Mansur Berbagi Kiat Sukses Wirausaha di Usia Muda

Wirda Mansur di London. (Foto: Instagram Wirda Mansur)

Jakarta, NU Online

Adalah Wirda Mansur, santri yang meraih sukses bidang usaha di usianya yang baru menginjak 20 tahun. Saat ini, ia tengah menjalankan usahanya di berbagai sektor, mulai dari fesyen, kosmetik, hingga travel.

 

Mendapatkan posisinya sekarang tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Sejak dini mula, ia telah menanamkan mimpinya, dipupuk dengan doa, dan disirami dengan ikhtiar untuk mewujudkannya.

 

Hal tersebut ia sampaikan saat menjadi narasumber pada Conference Virtual Santri Digital (Covid-19) yang digelar Kementerian Agama bekerja sama dengan Arus Informasi Santri (AIS) Nusantara pada Senin (19/10).

 

Sejak masih sekolah dasar, ia telah mencoba berwirausaha. Saat membawa jualannya ke sekolah, teman-temannya justru memintanya agar menyedekahkan barang jualannya itu. Mereka beralasan karena ayahnya yang tidak lain adalah Ustadz Yusuf Mansur selalu mengampanyekan sedekah. Karena saat itu masih kecil, ia hanya mengiyakan saja sehingga modal yang diberikan ibunya itu ludes tak kembali. Boro-boro untung, balik modal saja tidak.

 

Meskipun demikian, ayahnya pun menasihatinya agar mengikhlaskan itu. Saat itu, katanya, ia diyakinkan bahwa modal Rp300 ribu dari sang ibu yang diikhlaskannya itu akan diganti Allah SWT menjadi Rp3 miliar. Betul saja, lanjutnya, hari ini omset per bulan dari keseluruhan usahanya pun sudah mencapai angka tersebut.

 

Wirda menegaskan bahwa tidak perlu berkecil hati jika masih belum mampu untuk berikhtiar dalam mewujudkan impian. Di saat demikian, menurutnya harus tetap berdoa dan meyakinkan diri suatu saat harapan itu kelak terwujud. "Jalanin dulu impian dan doanya," ujarnya.

 

Lebih lanjut, ia juga menyampaikan agar memperbanyak mencoba agar dapat memperkaya pengalaman sehingga bisa belajar langsung dari sesuatu yang telah dijalani, sekalipun buruk. Mengalami penolakan, cacian, perundungan sejak dini mula dapat membangun mental. Sebab, lanjutnya, hidup itu bukan soal passion, tetapi bagaimana mencari kesempatan.

 

Ia mengaku tidak saja mencoba berusaha, tetapi pernah bermain peran, menyanyi, hingga berdakwah yang masih terus dijalaninya sampai sekarang. Hal terakhir ini bahkan menjadi jalannya menjejakkan kaki di negeri impiannya, yakni Amerika Serikat.

 

Impiannya pergi ke Amerika Serikat saat masih SD itu karena ingin melihat dan menikmati suasana salju. Namun, kemungkinan pergi ke sana belum terwujud dan terlebih motivasinya yang terlalu sederhana, ayahnya pun memberinya masukan agar impiannya ke sana bukan sekadar melihat salju, tetapi menjalani pendidikan.

 

Ia tak patah arang meski kemungkinan ke sana sangat kecil mengingat masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Ia terus memupuk mimpinya dengan membeli barang-barang yang mengandung unsur Negeri Paman Sam itu, seperti topi yang bertuliskan USA dan beragam pernak-pernik negeri tersebut. "Cari pernak-pernik Amerika. Tempelin ke dinding. Saya pengen ke sana," katanya.

 

Wirda mengungkapkan demikian karena ia meyakini bahwa pikiran positif akan menghasilkan sesuatu yang positif pula. Menurutnya, kita adalah apa yang sering diulang-ulang, apa yang dipanjatkan dalam doanya, dan apa yang diimpikannya.

 

Tanpa disangka, ia berhasil menjejakkan kakinya di Amerika dengan jalan yang tak diduga. Suatu ketika, katanya, ia mengaji dan dilihat Imam Shamsi Ali, pendakwah di Amerika asal Indonesia. ia pun diajak untuk mengajar mengaji di dua kota besar negeri yang saat itu masih dipimpin Barack Obama (2015), yakni New York dan Washington DC.

 

Hal serupa juga terjadi saat keinginannya ke Inggris begitu menggebu. Dua tahun setelah dari Amerika, ia bertolak ke Negeri Ratu Elizabeth itu, tepatnya di Birmingham.

 

Oleh karena itu, ia menegaskan bahwa para santri harus mempunyai keyakinan dan membangun kemauan, serta dilanjutkan dengan aksinya. Yakinlah dengan begitu, sesuatu yang diharapkan itu, katanya, akan terwujud.

 

Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan