Nasional

Rahasia Dakwah Bisa Diterima dengan Baik

Jum, 31 Maret 2017 | 00:44 WIB

Rahasia Dakwah Bisa Diterima dengan Baik

Ketua NU Jember, KH Abdullah Syamsul Arifin.

Bogor, NU Online
Menyampaikan dakwah tentu harus memperhatikan sasarannya. Sasaran yang dimaksud yaitu tingkat pemahaman sebuah masyarakat sehingga seorang dai dapat menentukan strategi dakwah agar mudah diterima.

Terkait hal itu, Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jember, Jawa Timur KH Abdullah Syamsul Arifin menjelaskan, strategi dakwah dengan memahami tingkat pemahaman atau struktur sosial sebuah masyarakat menentukan dakwah tersebut mudah diterima atau sebaliknya.

Gus Aab, sapaanya, membagi tiga golongan berdasarkan tingkat pemahaman masyarakat sehingga sebuah dakwah dapat mudah dipahami dan diterima.

Pertama, Al-Awam, dakwahnya dengan mauidzoh hasanah. Tidak perlu pakai dalil. Di tingkat masyarakat awam, beragama sangat sederhana. Mereka mengikuti kiai dan ulama zaman dulu termasuk bagaimana menyikapi sesuatu yang baru,” jelas Gus Aab saat mengisi materi penguatan Aswaja dalam Rapimnas Muslimat NU di Sentul, Bogor, Jawa Barat beberapa waktu lalu. 

Kedua, kelompok khowas. Menurutnya, kelompok ini membutuhkan lebih dari sekadar mauidzoh hasanah. Karena di samping kebaikan-kebaikan yang disampaikan dalam dakwah, mereka juga butuh dalil-dalil untuk memperkuat argumentasi.

“Kelompok khowas ini di antaranya akademisi, kalangan pesantren, dan ustadz. Mereka jangan sekadar diceramahi dengan mauidzoh hasanah, tetapi dengan bil hikmah, dengan dalil,” urai kiai yang pernah aktif di Aswaja Center PWNU Jawa Timur ini.

Selain itu, kata dia, untuk kelompok khowas penyampaian dakwah harus rasional dan kuat-kuatan dalil. Dalam hal ini, tidak cukup hanya rasional saja, tetapi sesuatu yang rasional itu harus diperkuat dengan dalil sehingga dakwah bisa diterima.

“Ketiga, kelompok pembangkang, orang yang memang dari awal berutujuan tidak baik, solusinya didudukkan. Diskusi bareng. Kalau bisa disepakati dari awal. Contoh, jika nyatanya kamu salah, kamu harus ikut saya dan sebaliknya,” ujarnya.

Dia menandaskan, dakwah menghadapi kelompok pembangkang ini harus kuat dulu ilmu dan penguasaan dalilnya. Kalau pun terjadi debat, timnya harus kuat. Secara akademis, ilmu juga harus kuat disamping dalil-dalil kitabnya. (Fathoni)