Nasional

Rais Aam: Keberkahan Susah Didapat karena Hoaks Menjamur

NU Online  ·  Ahad, 2 Desember 2018 | 19:30 WIB

Kebumen, NU Online
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar menuturkan bahwa kiai atau ulama merupakan pembawa keberkahan. Namun, zaman sekarang keberkahan merupakan barang langka dan susah didapat. Di antara penyebabnya, karena bertebarannya berita bohong atau hoaks.

"Saat ini berkah nggak begitu kerasan di tengah-tengah kita. Tidak begitu bersahabat dengan kita. Orang sekarang mencari berkah itu sulit, karena sekarang situasinya sudah berbolak-balik, kebenaran dianggap salah, salah dianggap benar, permainan opini sudah ada di mana-mana, hoaks ada di mana-mana," kata Kiai Miftach pada Pelantikan PCNU Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Ahad (2/12) malam.

Menurut pengasuh Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya ini, keberkahan yang masih bisa diharapkan ialah melalui acara-acara seperti maulid nabi, haul, dan pengajian.

"Adanya ya di lailatud dzikra, maulidir rasul, dzikrul haul, malam-malam pengajian, termasuk malam ini pelantikan sekaligus karena ini ada rangkaian dari maulidir rassulilah sallallahu alaihi wasallam dan berkah itu ada di situ," ucapnya.

Ia mengingatkan di hadapan jamaah yang hadir pada acara tersebut bahwa tugas umat Nabi Muhammad adalah membuat keberkahan menjadi merata, baik keberkahan hidup, usia atau pun lainnya.

Ia sempat menceritakan bagaiamana ketenanangan hidup (damai dan tidak mudah marah) dapat dirasakan sekali pun hanya makan seadanya. Hal itu disebabkan masih banyak orang-orang yang benar. Berbeda dengan sekarang, sambungnya, banyak orang pintar tapi sedikit yang benar.

"Dulu saya makan bulgur. Tahu bulgur? Bulgur itu makanan kuda. Tapi hidup tenang, orang tidak mudah marah, kehidupan damai, karena di situ banyak orang-orang bener, banyak orang-orang yang siap untuk membawa sebuah keberkahan," katanya.

Hal sebaliknya terjadi saat ini. Orang pintar, kata Kiai Miftach, banyak, namun orang-orang yang benar mulai dapat dihitung. "Akhirnya keberkahan ini sudah nggak patek (terlalu) kerasan di tengah-tengah masyarakat, yang ada ya mala min ini di sini," ulangnya. (Husni Sahal/Kendi Setiawan)