Refleksi Bencana: Pemetaan Penyebab Banjir dan Longsor Harus Ditingkatkan
NU Online · Rabu, 22 Januari 2020 | 05:30 WIB
Abdul Rahman Ahdori
Kontributor
Ratusan bencana tersebut terdiri atas 90 kejadian angin puting beliung, 67 peristiwa banjir, 45 kasus longsor, dua kejadian gelombang pasang atau abrasi, dan 3 kasus kebakaran hutan dan lahan.
Dampak nya antara lain korban meninggal dunia mencapai 82 jiwa, hilang 3 orang, dan luka-luka 83 jiwa, pengungsi berjumlah 803.996 orang dan 11.305 unit rumah warga di berbagai daerah mengalami kerusakan belum lagi akses jalan dan jembatan yang terputus.
Melihat kondisi itu, Nahdlatul Ulama sebagai organisasi sosial keagamaan di Indonesia berupaya semaksimal mungkin agar bisa membantu masyarakat memulihkan tempat-tempat warga yang terdampak banjir.
Merefleksikan kejadian bencana yang menimpa sebagian Indonesia tersebut, Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Muhammad Ali Yusuf mengatakan, semua pihak harus bekerja sama mencari akar masalah yang menyebabkan bencana alam muncul.
Hal itu harus dilakukan secara terus menerus, tidak boleh berhenti dan merasa cukup sebab cuaca dan kejadian alam kerap tak terbaca secara komprehensif.
Ia menjelaskan, penyebab bencana harus dianalisis, harus dibaca dan dipetakan agar seluruh komponen mengetahui hal-hal apa saja yang mesti dilakukan agar banjir, longsor dan kejadian alam tidak menimpa wilayahnya.
“Evaluasinya, penanganan bencana tidak bisa dilakukan oleh satu pihak dari hulu sampai ke hilir, penyebab bencana juga harus mulai dibaca, dianalisa dari sekarang,” tuturnya kepada NU Online, Rabu (23/1).
Ia mengungkapkan, Banjir Jakarta dan Longsor di Lebak, Banten sesungguhnya sangat mudah dibaca sebab kejadian tersebut bukanlah kali pertama terjadi. Banjir di Jakarta, lanjutnya, besar kemungkinan karena belum maksimalnya penanganan sampah, waduk dan terbatasnya kapasitas badan sungai.
Sementara longsor di Lebak, Banten disebabkan oleh perusakan lingkungan seperti penggundulan hutan dan penebangan pohon secara serampangan.
“Penyebab Banji Jakarta semua orang sudah tahu, kalau longsor, standar, normatif. Karena hutannya digunduli, alih fungsi lahan, pengganti lahannya tidak ada, jadi tanah kena air langsung longsor dan itu normatif. Artinya ada kerusakan lingkungan di Lebak,” ucap Ali Yusuf.
Nahdlatul Ulama, lanjut dia, berkomitmen untuk merehabilitasi dan memulihkan tempat-tempat yang terdampak banjir dan longsor. Karenanya, di lokasi-lokasi banjir dan longsor tersebut NU Peduli masih membuka Posko dan membantu masyarakat agar bisa kembali beraktivitas.
Selama ini, tim Relawan NU Peduli yang terjun ke lokas banjir tidak begitu menemui kendala serius, termasuk tidak kekurangan peralatan. Menurut Ali Yusuf hal itu karena yang dibutuhkan di lokasi bencana bukanlah peralatan yang lengkap melainkan cara-cara kreatif seorang relawan.
“Bukan kelengkapan alat yang penting tapi kemampuan kreativitas kita. Bagaimana agar bisa menembus kesulitan akses itu. Akses itu kan susah harus pake mobil, kalau gak ada itu? Masa diam. Ya harus cari cara. Pakai apa? Pakai apa saja, bahkan ada yang pakai kuda,” ungkapnya menceritakan.
Sampai saat ini, LPBI PBNU, PWNU dan PCNU bersama lembaga dan banom NU yang lain yang tergabung dalam NU Peduli di daerah masih bertahan membantu memulihkan masyarakat terdampak banjir.
Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Refleksi Akhir Safar, Songsong Datangnya Maulid
2
Gaji dan Tunjangan yang Terlalu Besar Jadi Sorotan, Ketua DPR: Tolong Awasi Kinerja Kami
3
KPK Tetapkan Wamenaker Immanuel Ebenezer dan 10 Orang Lain sebagai Tersangka Dugaan Pemerasan Sertifikat K3
4
LF PBNU Rilis Data Hilal Jelang Rabiul Awal 1447 H
5
Prabowo Minta Proses Hukum Berjalan Sepenuhnya untuk Wamenaker yang Kena OTT KPK
6
Pemerintah Berencana Tambah Utang Rp781,9 Triliun, tapi Abaikan Efisiensi Anggaran
Terkini
Lihat Semua