Soal Kuliah, Santri Tak Kalah dari Lulusan Sekolah
NU Online · Ahad, 2 Oktober 2016 | 09:00 WIB
Prestasi santri yang belajar di pondok pesantren tidak kalah dibanding dengan murid di sekolah lain. Santri tamatan pondok pesantren dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi ke mana saja. Bahkan, sejumlah perguruan tinggi negeri (PTN) saat ini memberikan apresiasi kepada santri yang hafal Al-Qur’an, melalui program rekrutmen mahasiswa baru tanpa tes. Itu artinya santri mendapat apresiasi atas prestasinya.
Mantan Menteri Agama RI Prof Said Agil Husin Al Munawar mengungkapkan hal itu di hadapan ratusan santri, majelis guru dan ulama di Pondok Pesantren Nurul Yaqin Ringan-Ringan, Pakandangan, Kabupaten Padangpariaman, Sumatera Barat, Sabtu (1/10) malam.
Said hadir sebagai pembicara utama dalam halaqah nasional bertemakan, “Mengkaji tentang Hisab dan Rukyat”, yang dihadiri Wakil Bupati Padangpariaman Suhatri Bur dan Ketua Yayasan Pembangunan Islam El Imraniyah (PYII) Ringan-Ringan Idarussalam Tuanku Sutan.
Menurut Said, santri tak boleh lupa dengan gurunya, serta wajib menghormati gurunya agar ilmu yang diperoleh berkah. “Setiap akan tidur wirid membaca al-Fatihah kepada guru yang sudah memberikan ilmunya. Termasuk kepada orang tua tentunya. Dengan membaca dan mengirimkan Al Fatihah kepada guru, berarti santri sudah menjalin hubungan rohani dengan gurunya. Sekalipun sang guru sudah wafat,” kata Said yang mengaku memiliki koleksi kitab (buku) satu rumah ini.
Dikatakan, keikhlasan menjadi ciri dari guru yang mengajar di pondok pesantren, sanad kitabnya pun jelas, sehingga ilmunya berkah. Ia juga mengingatkan santri agar tidak mudah puas dalam belajar. Justru, katanya, semakin banyak ilmu yang kita ketahui, semakin terasa kita ini banyak yang tidak diketahui.
“Ilmu agama Islam itu amat luas. Ada ilmu Al-Qur’an, tafsir, hadist, kalam, dan lain-lainnya yang satu sama lain saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Semua ilmu itu menjadi satu rangkaian yang patut menjadi perhatian setiap santri yang mendalami agama Islam,” tutur Said.
“Untuk mendalami pemikiran ulama terdahulu dari kitab yang berjilid-jilid, pondok pesantren harus memiliki perpustakaan yang memadai, sehingga santri dapat merujuk hadist-hadist dan pemikiran ulama kepada kitab yang ada di perpustakaan. Ketika menjabat Menteri Agama RI, beberapa pesantren di Indonesia saya bantu perpustakaannya hingga Rp300 juta. Pesantren Nurul Yaqin juga harus memiliki perpustakaan,” kata Said Aqil Husein yang juga mantan pengurus PBNU ini.
Ketua Yayasan PYII Ringan-Ringan Idarussalam Tuanku Sutan mengatakan, keluarga besar Pesantren Nurul Yaqin memang merasakan hausnya akan ilmu. Untuk itu, berbagai tokoh nasional terus didatangkan ke sini agar santri dan majelis guru mendapatkan ilmu agama dan perkembangan terkini. Sebelumnya sudah datang mantan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi dan Ketua Umum PBNU Prof. KH Said Aqil Siraj. (Armaidi Tanjung/Mahbib)
Terpopuler
1
PBNU Soroti Bentrok PWI-LS dan FPI: Negara Harus Turun Tangan Jadi Penengah
2
Khutbah Jumat: Jadilah Manusia yang Menebar Manfaat bagi Sesama
3
Khutbah Jumat Hari Anak: Didiklah Anak dengan Cinta dan Iman
4
Khutbah Jumat: Ketika Malu Hilang, Perbuatan Dosa Menjadi Biasa
5
Khutbah Jumat: Menjadi Muslim Produktif, Mengelola Waktu Sebagai Amanah
6
Khutbah Jumat: Jadilah Pelopor Terselenggaranya Kebaikan
Terkini
Lihat Semua