Nasional HARI SANTRI 2016

Simbol Bersatunya Islam dan Nasionalisme

Rab, 19 Oktober 2016 | 07:42 WIB

Blitar, NU Online
Rombongan Kirab Resolusi Jihad Nahdatul Ulama 2016 berziarah ke makam Soekarno, di Kelurahan Bendogerit, Kecamatan Kepanjenkidul, Kota Blitar, Jawa Timur akhir pekan lalu. Mereka disambut Wakil Wali Kota Blitar, Santoso dan sejumlah pengurus PCNU Kota dan Kabupaten Blitar. Mereka kemudian bersama-sama berdoa di pusara makam Bung Karno.

Ketua rombongan kirab, Ishfah Abidal Aziz mengatakan, hanya di Indonesia Islam dan nasionalisme bisa bersatu. Sebagai simbol persatuan tersebut, para santri berziarah ke makam Presiden pertama Republik Indonesia, salah satu sosok penting di balik bersatunya Islam dan nasionalisme.

“Bung Karno, Kiai Haji Hasyim Asy’ari dan NU tidak dapat dipisahkan dari terbentuknya NKRI. Jadi yang membuat NKRI kuat sampai hari ini, selain TNI dan Polri adalah NU dan kaum nasionalis,” kata Ishfah.

Keharmonisan antara NU dan nasionalis, kata Aziz, harus terus dijaga dan dipelihara. ”Jangan sampai ada yang mengadu domba antara NU dan nasionalis. Kekompakan ini harus terus kita jaga,” imbuhnya.

Sementara itu, Wakil Wali Kota Blitar, Santoso menyampaikan, melalui kirab ini, santri menunjukkan mereka punya peran besar dalam berdirinya NKRI.

“Ini adalah peristiwa besar, negara mengakui peran besar santri di era perjuangan kemerdekaan dan pembangunan. KH Hasyim Asy’ari pun pernah berucap, perjuangan santri melawan penjajah adalah jihad,” tandas Santoso.

Sekitar pukul 13.00 WIB, rombongan Kirab Resolusi Jihad NU berangkat menuju Tulungagung. Hujan mengiringi langkah keberangkatan mereka ke kota marmer. Meski begitu, motivasi mereka tidak luntur dan tetap mengepakkan langkah dengan penuh semangat.

Rombongan kirab resolusi jihad ini bertolak dari Banyuwangi pada 13 Oktober 2016. Rencananya, kirab akan berakhir atau finish pada 21 Oktober, di Cilegon, Banten. Beberapa daerah yang disinggahi, Banyuwangi, adalah Situbondo, kemudian Probolinggo, Pasuruan, Malang, Bangkalan, Surabaya, Mojokerto, Jombang, Kediri, Tulungagung, Blitar, Ngawi, Jawa Tengah dan Jawa Barat. (imam kusnin ahmad/abdullah alawi)