Nasional

Soal Childfree, Begini Pandangan Psikiater dan Nyai Pesantren

Jum, 10 Februari 2023 | 16:00 WIB

Soal Childfree, Begini Pandangan Psikiater dan Nyai Pesantren

Ilustrasi. Tangan suami dan istri. (Foto: freepik)

Jakarta, NU Online
Istilah childfree atau memilih tak punya anak dalam pernikahan muncul usai influencer Gita Savitri, memutuskan untuk tak ingin memiliki anak. Hal itu kemudian menuai kontroversi. Meski keputusan tersebut bersifat personal, kemunculan istilah childfree di Indonesia sering dipandang tabu hingga mendapat stigma negatif dari masyarakat.

 

Dari sisi psikologis, psikiater Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) dr Citra Fitri Agustina mengatakan, ketidakyakinan akan kemampuan dalam merawat dan mengasuh anak menjadi salah satu kekhawatiran yang sering kali dialami oleh pasangan yang berprinsip childfree.

 

“Kekhawatiran atau kecemasan jika mempunyai anak, fisik akan berubah, waktu banyak tersita, dan ketakutan tidak bisa merawat anak dengan baik jadi salah satu faktor seseorang memilih childfree,” kata dr Civi, panggilan akrabnya kepada NU Online, Jumat (10/2/2023).

 

Oleh karenanya, ucap dia, salah satu pembekalan yang penting diberikan di masa persiapan nikah adalah membangun parenting self-efficasy (kepercayaan diri) pada kedua pasangan.

 

Ia kemudian menerangkan alasan lain yang menjadi pertimbangan seseorang memilih childfree, yaitu masalah ekonomi dan sosial. Kedua masalah itu menjadi hal yang dipertimbangkan oleh seseorang memilih childfree karena memiliki kekhawatiran tumbuh kembang seorang anak tanpa perekonomian yang cukup.

 

“Mereka yang memilih itu, belum selesai dengan permasalahan yang ada pada diri sendiri, mempunyai trauma masa kecil yang membuat mental tidak siap untuk menghadapi hal tersebut,” terang dia.

 

“Sebab, merawat anak membutuhkan persiapan keuangan dan mental agar bisa memaksimalkan peran orang tua dalam mendidik anaknya kelak,” sambungnya.

 

Childfree dalam Islam
Pengasuh Pondok Pesantren Putri KHAS Kempek, Cirebon, Jawa Barat, Nyai Hj Tho’atillah Ja’far Aqil menjelaskan bahwa Islam memiliki tanggung jawab moral dalam memberikan pencerahan baik itu secara spiritual, ekonomi maupun sosial atas dampak dari hadirnya paham childfree ini.

 

“Dari sudut pandang Islam, sudah tentu tidak ada istilah childfree atau tanpa keturunan dalam pernikahan. Karena sejatinya kaum muslim menikah salah satu tujuannya untuk memperoleh keturunan agar dapat membentuk generasi selanjutnya sehingga bisa terus berjuang untuk mempertahankan eksistensi agama Islam,” jelas Nyai Tho’ah.

 

Ia lantas menegaskan tren tersebut hendaknya tidak dilakukan. Pasalnya, tren childfree atau tidak ingin punya anak dalam Islam tidak sesuai dengan anjuran agama serta menyalahi makna filosofis dari pernikahan.

 

“Dengan berkeluarga orang dapat mempunyai anak dari anak yang shaleh diharapkan mendapatkan amal tambahan di samping amal- amal jariyah yang lain,” tandasnya.

 

Sementara, terkait angka kelahiran dan kematian yang tidak seimbang serta mengakibatkan jumlah populasi manusia di muka bumi berkembang pesat, menjadi alasan kuat bagi pihak yang setuju memilih childfree. Pasalnya, pertumbuhan populasi yang masif dalam jangka panjang dapat berakibat buruk bagi lingkungan. Selain meningkatnya emisi zat karbon juga dapat menimbulkan kelangkaan sumber daya alam.

 

Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Aiz Luthfi