Bogor, NU Online
Indonesia segera menyongsong fase bonus demografi yang diprediksi terjadi pada 2030. Namun bonus demografi terancam sia-sia mengingat angka stunting di Indonesia masih cukup tinggi.
"Stunting menjadi ancaman bonus demografi kalau stunting tidak segera ditanggulangi dan bonus demografi akan sia-sia," kata Pengurus PP Muslimat NU Hj Fauziah M Asih kepada NU Online di tengah-tengah kegiatan Workshop Pencegahan Stunting di Hotel The Rizen Cisarua, Bogor, Senin (10/12).
Berdasarkan Prevalensi Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) angkat stunting di Indonesia pada 2013 sebesar 37,2 persen dan turun sekitar 6,4 persen Pada 2018 menjadi 30, 8 persen.
Angka 30,8 tersebut masih melebihi standar dari World Health Organization (WHO) yakni 20 persen. Artinya, stunting di Indonesia masih menjadi ancaman serius.
Menurut Fauziah, ancaman stunting dalam konteks bonus demografi, berdampak pada ketertinggalan Indonesia dalam segala hal, termasuk ekonmi. Sebab, selain pertumbuhan fisik yang lambat, perkembangan otak penyandang stunting juga tidak berkembang.
"Stunting memengaruhi kecerdasan dan kalau kecerdasaran kita di bawah mereka (negara-negara lain), ya jadi segala-galanya akan kalah," ucap perempuan yang juga doktor kesehatan masyarakat itu.
Namun, dirinya mengaku yakin dengan komitmen pemerintah yang berupaya menanggulangi persoalan stunting dengan menjadikannya sebagai program prioritas. (Husni Sahal/Kendi Setiawan)