Nasional

Tasawuf Cara Paling Baik dalam Proses Pemberadaban Bangsa

Sen, 18 Februari 2019 | 22:00 WIB

Jakarta, NU Online
Ulil Abshar Abdalla atau yang akrab disapa Gus Ulil mengemukakan bahwa tasawuf menjadi cara atau jalan yang paling baik dalam proses pemberadaban suatu bangsa.

“Bagi saya, tasawuf, ilmu-ilmu kerohanian, ilmu-ilmu kebatinan itu cara yang tidak kalah dengan bidang-bidang lain untuk melakukan proses pemberadaban,” kata Gus Ulil pada peluncuran dan bedah buku Menjadi Manusia Rohani: Meditasi-Meditasi Ibnu ‘Athaillah dalam Kitab Al-Hikam di Gedung PBNU Jakarta Pusat, Senin (18/2) malam.

Menurut Gus Ulil, tasawuf merupakan cara yang paling baik agar keberagamaan seseorang mempunyai kedalaman. Begitu juga suatu bangsa bisa kokoh jika memiliki kedalaman.

“Suatu bangsa tidak akan bisa kokoh, tidak bisa mengalami proses pemberadaban kalau dia tidak mempunyai kedalaman, baik itu kedalaman intelektual, tapi terutama kedalaman ruhani,” ucapnya.

Ia pun mengutip Syekh Ibnu Athai’illah as-Sakandari dalam kitab al-Hikam yang berbunyi: Idfun wujûdaka fî ardhil khumûl. Famâ nabata mimmâ lam yudfan lâ yatimmu nitâjuhu (kuburlah dirimu di dalam bumi ketidaknampakkan. Sebab sesuatu yang tumbuh dari benih yang tidak ditanam tak akan sempurna buahnya).

“Saya mengatakan bahwa suatu bangsa tidak akan mengalami proses civilizing, pemberadaban kalau dia tidak punya kedalaman,” jelasnya.

Ia menggambarkan, suatu pohon bisa menjadi besar dan berbuah karena akarnya dalam, dan makin dalam sebuah pohon, makin bermutu. Oleh karena itu, sambungnya, membenamkan diri dalam tanah ketidaknampakkan, yakni proses, menjadi syarat seseorang atau bangsa yang ingin besar.

“Orang sebelum menjadi sarjana, menjadi seorang professor, dia harus bergumul dengan buku yang jumlahnya luar biasa di ruang perpustakaan sebelum dia tampil ke permukaan mempertahankan disertasinya, itulah. Orang tidak akan menjadi pengusaha sukses kalau dia tidak mengalami proses ardhul khumûl ini. Seorang mukmin beriman tidak tidak akan bisa  menjadi mukmin bermutu, kalau dia tidak mengalami proses, ardhul khumûl ini,” terangnya. (Husni Sahal/Abdullah Alawi)