Nasional SOSOK

Teladan KH Israqunnajah Malang, 5 Tahun Kumpulkan Bisyaroh untuk Kantor NU

Rab, 2 Februari 2022 | 17:00 WIB

Teladan KH Israqunnajah Malang, 5 Tahun Kumpulkan Bisyaroh untuk Kantor NU

KH Israqunnajah, Ketua PCNU Kota Malang. (Foto: dok. PCNU Kota Malang)

Mungkin ini rejeki min haitsu laa yahtasib. Wallahu a'lam. Tapi yang pasti ini memang sebuah keteladanan pemimpin di NU, yaitu dari sosok Gus Is (KH Israqunnajah, Ketua PCNU Kota Malang) yang kurang beberapa hari lagi demisioner. Ia mengumpulkan bisyaroh selama 5 tahun hingga mencapai 100 Juta lebih untuk kebutuhan kantor NU dan kenang-kenangan pengurus.


Di tengah susahnya panitia konfercab mencari anggaran untuk menutup kekurangan dana rangkaian panitia Hari Santri, Pra-Konfercab dan Konfercab - panitia terpanjang sejak Oktober 2021 - jenengan hadir memberi kejutan. 


"Mas, masak tidak ada kenang-kenangan untuk peserta konfercab dari kepengurusan kita. Apa gitu mas?" ucap Gus Is pada kami. "Jan-jane nggih sangat pingin, Gus. Tapi njih niku, untuk keperluan hari H, niki masih ikhtiar (sebenarnya ya sangat ingin, Gus. Tapi ya itu, untuk keperluan hari H, ini masih ikhtiar)" begitu jawaban kami spontan.


Gus Is pun mengerti. Putra almaghfurlah Romo Kiai Masduki Mahfudz, pendiri Pesantren Nurul Huda Mergosono Malang yang juga besan Gus Mus (KH Mustofa Bisri) ini kembali meyakinkan kami. Insyallah ada. Besok kita ke Tanggulangin.


Keesokan harinya, kami berempat pun berangkat. Ada saya, Gus Is, Mas Irul (sekretaris panitia) dan Abah Rifan (bendahara) berangkat ke Tanggulangin. Di mobil iseng kami pun nyeletuk; "Wah kayake kudu teplekan male niki geh, Gus (sepertinya harus urunan lagi ini, Gus)." 


Gus Is menjawab; "Insyaallah mboten," (Insyaallah tidak).


Saat itulah beliau cerita sambil membuka tas yang dibawanya. "Ngeten Mas. Ini Insyaallah ada uang. Tapi pinten kulo mboten ngerti. Mergo uaakeh. Mboten pernah kulo buka, nopo maleh ngitung (Gini Mas. Ini Insyaallah ada uang. Tapi berapa saya tidak tahu. Banyak. Tidak pernah saya buka, apalagi hitung)," ucapnya.


Kami semua di mobil penasaran. "Niki uang bisyaroh selama dados ketua. Nggih wonten saking... (menyebut warga NU hingga panitia kondangan). Merasa mboten hak kulo mergo ngundang atas nama ketua PCNU, nggeh amplopan niki kulo salap tas niki. Dados mboten pernah kulo buka, nopo maleh ngitung jumlahe." (Ini uang bisyaroh selama menjadi ketua. Ya ada dari… (menyebut warga NU hingga panitia kondangan). Merasa bukan hak saya karena mengundang atas nama ketua PCNU. Ya amplopan ini saya simpan di tas. Jadi tidak pernah saya buka, apalagi menghitung jumlahnya).


Masyaallah. Hati kami trenyuh. Terharu. Tidak bisa berkata apa-apa. "Masyaallah Gus Is.. jenengan niku kok saget nggeh (Anda itu kok bisa ya)," begitu gumam kami.


Lantas dibukalah tas besar itu. Isinya penuh amplop. Ada juga kotak kecil. Banyak sekali. Tidak tertata rapi amplop-amplop itu. Khas diletakkan sekenanya.


Lantas satu per satu kami membuka amplop-amplop itu. Menghitung duit di dalamnya. Ada yg bagian mencatat. Lama sekali ngitung dan membuka amplop-amplop itu. Karena ada yang puluhan ribu, ratusan ribu, hingga jutaan. MasyaAllah... 


Sambil membukai satu per satu amplop itu, kami pun menerawang dengan pikiran masing-masing. "Kok masih ada ya pemimpin umat seperti ini. Benar-benar memberi teladan dengan menjalankan. Bukan cuma menceramahkan." 


Hampir selama perjalanan Malang-Tanggulangin kami menghitung dan membukai amplop. Hampir dua jam. Apalagi perjalanan di tengah hujan lebat. 


"Berapa Mas totalnya?" tanya Gus. "Total 103 juta Gus!" jawab saya.


Masyaallah. Amplop bisyaroh Gus Is yang dikumpulkan selama menjadi ketua PCNU jumlahnya Rp103 juta. Gus Is sendiri juga kaget dan tak mengira dengan jumlah itu. 


Dengan dana itu, Insyaallah bisa memberikan kenang-kenangan bagi seluruh pengurus NU, lembaga, banom, yang menjadi peserta Konfercab. Totalnya sekitar 650 orang. 


Sesampai di Tanggulangin gerilya mencari kenang-kenangan apa yang bagus dan bermanfaat. Karena jamaah NU suka ziarah dan butuh tas cangklong, akhirnya sepakat dibelikan tas itu. Bahkan akhirnya nemu tas multifungsi. Bisa untuk cangklong, ransel, dan tas laptop. Alhamdulillah. 


Sisa dana pun dibuat untuk membeli karpet/kambal untuk hall lantai 3 Kantor NU. Yang model Turki itu dengan harga lumayan. Belinya di Embong Arab.  


Pulangnya dari Tanggulangin Gus Is wanti-wanti berpesan satu hal. "Mas, jangan bilang ke siapa pun ya asal uang ini. Biar tidak menjadi fitnah." 


Kami pun mengiyakan. Tanda setuju. Praktis yang tahu keteladanan Gus Is itu hanya kami berempat. 


Tapi akhirnya jebol juga. Kebaikan dan keteladanan tak boleh ditutupi. Biar menjadi cermin bagi yang lain. Lalu, memantulkan apa yang dilaksanakan dan dilakukan Gus Is. Setidaknya bagi kami, para pengurus NU di Kota Malang. Baik di tingkat ranting, MWC, maupun PC. Syukur-syukur kalau sampai ke PWNU, bahkan PBNU. Juga menjadi inspirasi bagi pemimpin-pemimpin lainnya. Seperti Gus Dur dulu.


Karena apa yang dilakukan Gus Is ini seakan menjadi oase bagi cerminan pemimpin sekarang. Terlebih pemimpin ormas sebesar NU ini.


Gus Is dengan segala kesederhanaannya selalu tampil apa adanya. Pernah menjabat sebagai Wakil Rektor III, dan sekarang Wakil Rektor IV UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Gus Is hampir tidak pernah menggunakan fasilitas negara untuk urusan di luar fungsinya. Bahkan sehari-hari pun memakai mobil Honda Freed tua. Yang itu pun masih belum lunas cicilannya. 


Dengan segala kesibukannya juga masih ngurus NU, MUI, kampus, dua pondok pesantrennya (Nurul Huda Mergosono dan Joyosuko). Gus Is meski agak terlambat karena harus membagi-bagi waktunya yang cuma 24 jam sehari, tapi selalu hadir jika diundang. Seluruhnya untuk umat. Masyaallah.


Maka, meski kebaikan dan keteladanan Gus Is ini tidak boleh disampaikan sesuai pesan beliau, tapi saya dan sekretaris panitia tetap nekat. Mungkin Gus Is akan marah. Tapi ada alasan kuat mengapa kebaikan ini perlu tersampaikan. 


Ngapunten Gus Is. Kami melanggar pesan jenengan untuk tidak menceritakan keteladanan dan kebaikan jenengan. Semua demi NU Kota Malang. Atau setidaknya bagi kami, para pengurus yang membantu panjenengan di PCNU. Al-afwu minkum, Gus. Tabik.


Khoirul Anwar, Wakil Sekretaris PCNU Kota Malang dan Ketua OC Konfercab NU Kota Malang