Nasional

Teladan Khidmah Kiai, Sebab Bertahannya NU hingga Abad Kedua

Rab, 5 Oktober 2022 | 06:00 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftah Faqih menuturkan salah satu sebab NU dapat bertahan hingga saat ini karena meneladani khidmah para kiai dan sesepuh. NU mampu memberikan layanan, mengembangkan pengkhidmatan sebagai teladan kepada para sesepuh dan kiai yang sejatinya kiai.


“NU berusaha menjahit segala macam yang terserpih agar menyatu sebagai bentuk penghayatan di bawah kepemimpinan para kiai. NU tidak pernah berupaya untuk menghadirkan konflik,” tuturnya dalam Haul ke-51 Simbah KH Ma’shoem Ahmad Lasem, Rembang, yang ditayangkan YouTube TV9, pada Ahad (2/10/2022) malam.


“Tetapi membangun kebersamaan, kesatuan, kebahagiaan, dan memberikan layanan secara inklusif di bawah nilai-nilai persaudaraan kemanusiaan,” sambung Kiai Miftah.


Kiai Miftah Faqih menuturkan bahwa seseorang yang senantiasa mengembangkan mahabbah atau kasih sayang maka akan disayang oleh Allah swt. Oleh karena itu, kasihilah makhluk Allah yang ada di bumi, niscaya makhluk yang di langit akan mengasihimu.


“Hal itu benar-benar dipraktikkan dalam mengurus santri. Ini juga menjadi motivasi lahirnya NU. Kata-kata ulama tidak hanya seperti yang ada di kamus-kamus. Tapi, dimaknai para kiai yang ada di pesantren di mana mereka mengembangkan dan menanamkan kepedulian kepada orang lain dan mengarusutamakan khidmah,” terangnya.


Oleh karena itu, lanjut dia, banyak kata kunci untuk menyebut kiai sebagai pengayom, bergerak atau beraksi untuk membawa kemaslahatan untuk umat lain, agar kehidupan di sekelilingnya terdapat harmonisasi. Kiai juga memiliki fungsi menenteramkan umat.


“Semua pendidikan yang diajarkan dan dikembangkan selalu membawa ketenteraman bagi siapa pun yang memiliki masalah. Kiai itu selalu solutif karena melihat umatnya dengan kacamata kasih sayang, bukan dengan kemarahan apalagi kebencian,” ujarnya.


Ia menambahkan, dengan prinsip yang sama itulah NU menghadirkan kemaslahatan dan kemanfaatan dalam kehidupan. Disebutkan bahwa kelahiran NU untuk mendinamisasi, menggerakkan, mendorong, dan memotivasi kehidupan masyarakat menjadi lebih baik dari sebelumnya sesuai tantangan zaman. Selain itu, juga untuk membangun kemaslahatan di akhirat.


“Untuk itu, NU memiliki dua kaki. Yakni, kultur pesantren, yaitu apa pun yang berjalan baik di tengah masyarakat. Kemudian memiliki kaki secara formal dalam keorganisasian seperti personaliti seorang kiai dan tradisi yang ada di sekitar kiai itu,” terangnya.


Ia berpesan bahwa keakuan dan keangkuhan dalam berkehidupan masyarakat harus digugurkan demi keharmonisan yang lain demi cita-cita yang lebih besar dari pada cita-cita pribadi, dengan tabarrukan kepada perjuangan dari para kiai.


“Mulai hari ini, kita menata diri dan niat untuk membangun persaudaraan meskipun tidak saling mengenal satu sama lain,” pungkas Kiai Miftah Faqih.


Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori