Nasional

Tingkatkan Penuntasan TBC, Lembaga Kesehatan PBNU Sediakan Aplikasi OneImpact

Jum, 11 September 2020 | 12:00 WIB

Tingkatkan Penuntasan TBC, Lembaga Kesehatan PBNU Sediakan Aplikasi OneImpact

Suasana diskusi virtual ‘Program Penguatan Pemantauan Pengobatan Pasien TBC Resisten Obat selama Covid-19’ yang digelar LK PBNU, Kamis (10/9). (Foto: NU Online/Rahman)

Jakarta, NU Online
Lembaga Kesehatan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LK PBNU) menyediakan aplikasi yang memudahkan para pasien dan pendamping Tuberculosis (TBC) berinteraksi terkait proses kesehatan yang sedang dijalani. Nantinya melalui aplikasi yang diberi nama OneImpact tersebut, LK PBNU dan Kementerian Kesehatan RI memberikan tanggapan atas keluhan yang disampaikan para pasien TBC di seluruh Indonesia.


Senior Technical Advisor LK PBNU, Esty Febriani menuturkan, kehadiran aplikasi itu sebagai upaya LK PBNU menangani masalah yang kerap dihadapi pasien TBC di Indonesia. Menurut dia, penting sekali adanya umpan balik dari pasien untuk meningkatkan kualitas program penanganan TBC.


“Aplikasi OneImpact Sehat yang disediakan di smartphone akan digunakan sebagai wadah untuk mendengar tanggapan dari orang terdampak TBC supaya kita dapat menanggapi kebutuhan pasien berdsarkan umpan balik mereka,” kata dia saat menjadi narasumber diskusi virtual ‘Program Penguatan Pemantauan Pengobatan Pasien TBC Resisten Obat selama Covid-19’ yang digelar LK PBNU, Kamis (10/9).
 

Esty menambahkan, ketika ada kendala di layanan atau pendampingan yang terekam pada aplikasi, hasilnya dapat diadvokasi guna meningkatkan ketersediaan, akses, penerimaan, serta kualitas program penanganan TBC. Dikatakannya, program Stop TBC Partnership Indonesia (STPI) adalah mitra dari Stop TBC Partnership global yang didirikan sejak 2013,.


Kelompok tersebut  sebagai wadah kemitraan lintas sektoral yang mendukung Program Tuberkulosis Nasional (NTP). Organisasi ini terdiri dari 75 mitra lokal dan internasional yang berkolaborasi untuk mengakhiri Tuberculosis di Indonesia. Kata Esty, STPI mendukung NTP dalam mencapai target program TBC nasional dengan menyelaraskan kolaborasi dan advokasi untuk mempengaruhi pembuatan kebijakan yang terkait dengan pengendalian dan pencegahan TBC.


“Sekretariat STPI bekerja di bawah arahan strategis dewan penasihat yang melibatkan praktisi kesehatan masyarakat, akademisi, dokter, profesional dari lembaga pembangunan, serta perwakilan sektor swasta dan publik,” tuturnya.


Untuk diketahui, dunia termasuk Indonesia saat ini mengalami tantangan besar dalam isu kesehatan masyarakat.  Pada tahun 2018, dunia menanggung beban 10 juta orang jatuh sakit TBC. Dan Indonesia berkontribusi sekitar 10% dari beban tersebut atau berjumlah 845.000.


Situasi tersebut semakin berat, ketika lebih dari 200 negara di dunia, termasuk Indonesia terimbas pandemi Covid-19 (worldometers.info, 2020).  Informasi yang dilansir covid.19.go.id menunjukkan setiap hari jumlah orang yang terjangkit Covid-19 di Indonesia terus meningkat.


Peningkatan tersebut berdampak pada kemampuan sumber daya kesehatan untuk penanggulangan penyakit lainnya. Salah satu dampaknya pada penanggulangan TBC adalah dalam memastikan pasien berobat sampai tuntas.


“STPI membantu mengurai masalah itu dengan menyalurkan bantuan HP untuk 200 pasien dan 20 pendamping pasien TBC RO melalui perkumpulan organisasi pasien TBC atau POP TB Indonesia,” pungkas Esty.


Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Aryudi AR