Nasional

Tradisi Halal bi Halal Ciptakan Demokrasi yang Sehat

Kam, 5 Juli 2018 | 04:30 WIB

Tradisi Halal bi Halal Ciptakan Demokrasi yang Sehat

Halal bi halal PBNU (Foto: Labieb)

Jakarta, NU Online
Halal bi halal atau tradisi kumpal-kumpul setelah Lebaran atau Idul Fitri yang digelar oleh umat Islam Indonesia mampu memperkuat jalinan persahabatan yang sempat terputus. Tradisi ini baik mengingat dinamika konflik yang muncul tiap hari, terutama dalam kehidupan demokarasi di Indonesia.

“Halal bi halal atau kumpal-kumpul ini bisa mewujudkan demokrasi yang sehat,” ujar salah seorang Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Marsudi Syuhud, Selasa (3/7) dalam halal bi halal di halaman Gedung PBNU Jakarta.

Marsudi menegaskan, PBNU senantiasa mendorong persatuan dan persaudaraan warga bangsa dan para elit politik 
untuk kepentingan yang lebih luas, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sebab itu, halal bi halal yuang digelar PBNU menghadirkan seluruh elemen bangsa.

“Di sini hadir berbagai elit partai politik dan para pemuka agama,” jelasnya.

Sementara itu, Wakil Presiden RI Jusuf Kalla yang hadir di halal bi halal PBNU mengungkapka, umat Islam di Indonesia harus banyak bersyukur bisa memperingati puasa dan lebaran dalam kondisi tenteram dan damai.

Hal itu ia ungkapkan mengingat umat Islam di beberapa negara di Timur Tengah tidak bisa menimati indahnya Ramadhan dan Idul Fitri karena konflik dan krisis kemanusiaan berkepanjangan.

Wapres JK mengimbau umat Islam di Indonesia agar selalu mendoakan saudara-saudara Muslim di Timur Tengah supaya bisa menemukan kedamaian serta menyelesaikan konflik dan krisis.

Selain itu, Wapres JK juga mendorong kepada seluruh bangsa Indonesia untuk tetap menjaga kerukunan. Sebab, kerukunan antar-anak bangsa merupakan modal meneguhkan persatuan dan kesatuan.

Acara halal bi halal PBNU dimeriahkan lantunan shalawat dari penyanyi Veve Zulfikar dan grup musik religi An-Nabawi. Acara ini juga dihadiri pengurus PBNU, sejumlah menteri kabinet kerja Joko Widodo-Jusuf Kalla, duta besar negara sahabat, dan para tokoh agama. (Fathoni)