Nasional

Ucapan Selamat atas Hari Besar Agama Lain adalah Bentuk Penghormatan

Jum, 28 Desember 2018 | 12:45 WIB

Ucapan Selamat atas Hari Besar Agama Lain adalah Bentuk Penghormatan

Christmas candle snowman with lights (breitbart)

Jakarta, NU Online
Mengucapkan selamat atas hari besar agama lain dianggap sebagai salah satu bentuk dari ikatan ukhuwah basyariah antara sesama umat manusia. Ungkapan selamat seperti itu juga merupakan sebuah penghargaan atas kebahagiaan yang dirasakan orang lain atas hari besarnya. 
 
“Mengucapkan Selamat Natal atau Selamat Galungan atau Kuningan adalah ungkapan kasih sayang kita kepada sesama umat manusia, Ungkapan kasih sayang itu sebagai tanda bahwa kita respek terhadap orang lain, kita menghargai kepercayaan orang lain,” ujar Ketua Umum Yayasan Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), Prof Siti Musdah Mulia di Jakarta. 

Ia meminta masyarakat agar tidak terpancing pada sekelompok orang yang mengharamkan pengucapan selamat semacam itu. Sebab menurutnya, larangan tersebut hanya akan berdampak buruk pada persaudaraan sesama anak bangsa. 

“Masyarakat jangan mudah terpancing. Kita harus kritis sebelum mengikuti pandangan orang lain tentang hal itu. Akal kritis itu harus dipakai, karena di dalam Al-Qur’an diajarkan dalam ayat pertama untuk membaca Iqro. Artinya sebelum melakukan hal yang lain kita harus mencari pemahaman yang benar supaya kita tidak mudah terprovokasi untuk urusan-urusan yang seperti itu,” ujarnya.
 
Untuk itu dirinya meminta kepada seluruh tokoh atau pemuka agama untuk mengajak umatnya agar dapat menjadikan agama sebagai alat untuk merawat solidaritas kemanusiaan. Karena sebagai tokoh agama harus dapat mendorong upaya-upaya persatuan dan kesatuan di seluruh umatnya. Dengan persatuan dan kesatuan itulah bangsa ini nantinya bisa mencapai kemajuan.
 
“Karena kalau tidak  kita dapat terpecah pecah, berkonflik konflik yang  akhirnya yang rugi kita sendiri, kita tidak maju-maju sehingga kita selalu menjadi negara yang terbelakang. Dengan  modal persatuan dan kesatuan inilah yang membuat negara ini menjadi damai dan harmoni sehingga bisa membangun menuju cita-cita para pendiri bangsa ini,” katanya.
 
Ia juga meminta Pemerintah untuk bertindak tegas dan bersikap adil terhadap pihak-pihak atau kelompok yang berupaya memecah belah masyarakat dengan mengatasnamakan agama. “Misalnya ada orang yang ceramahnya menjelek-jelekan agama atau kelompok lain maka harus diberikan sanksi. Tidak boleh karena mayoritas maka harus ditolongin, tidak bisa seperti itu,” tegasnya. 

Mengucapkan 'Selamat Natal' tidak lantas musyrik

Senada, Prof Quraish Shihab menilai, mengucapkan ‘Selamat Natal’ tidak serta merta menjadikan orang yang mengucapkannya mengakui apa yang dipercayai umat Kristen. Menurutnya, ini adalah ‘basa-basi’ dalam konteks kehidupan dan kerukunan bersama. “Hidup ini baru menjadi indah kalau kita hidup harmoni. Gembira saat teman gembira dan sedih saat teman susah,” katanya.

Bagi Prof Quraish, ikut senang atas kegembiraan orang lain adalah hal yang baik. Karena dengan itu, kita menjaga hubungan antar sesama umat manusia. “Ketika bergembira, mari kita ikut bergembira. Ketika dia bersedih, mari kita berbelasungkawa,” jelas penulis kitab Tafsir Al-Misbah ini.

Menurut Prof Quraish, baik umat Islam atau umat Kristen sama-sama menghormati Nabi Isa as. Sebagaimana Nabi Muhammad saw., Nabi Isa as. juga menerima ajaran agama dari Allah.

“Sehingga kita sambut kehadirannya dengan mengucapkan selamat hari kelahiran dan itu ada di dalam Al-Qur’an. Dalam Al-Qur’an itu, orang pertama yang mengucapkan selamat ‘Selamat Natal’ adalah Nabi Isa AS. 'Wasalamun alayya yauma wulidtu'. Salam sejahtera untukku pada hari kelahiranku (Nabi Isa as.), pada hari aku dibangkitkan nanti. Jadi tidak ada masalah sebenarnya,” tegasnya. (Ahmad Rozali)