Nasional

UIN Walisongo Dorong Penguatan Demokrasi Bermartabat

Jum, 3 Juni 2016 | 17:00 WIB

Semarang, NU Online
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang terus mendorong penguatan budaya politik yang sesuai dengan nilai-nilai keislaman. Menurut Dekan Fisip UIN Walisongo, Muhyar Fanani, gerbang utama untuk mewujudkan budaya itu adalah partai politik.

Bagaimanapun problematika demokrasi tidak dapat dilepaskan dari keberadaan partai politik karena prinsip keterwakilan dalam kelembagaan negara. "Intinya partai politik perlu diperkuat demi membangun demokrasi yang bermartabat, bukan demokrasi liberal," ungkapnya ketika memberikan sambutan pada International Seminar on Democracy for People: Strengthening Political Party in Election, Parliament and Government, di Hotel Pandanaran Semarang, Kamis (2/6).

Muhyar menambahkan demokrasi yang bermartabat itu telah digariskan melalui demokrasi Pancasila yang menurut Bung Karno memiliki tiga unsur, yaitu mufakat, keterwakilan dan musyawarah. "Pemimpin yang dipilih dari tiga mekanisme itu akan memiliki kebijaksanaan dengan berperilaku benar, baik dan indah untuk rakyat," tegasnya.

Seminar yang digagas Fisip UIN Walisongo bekerjasama dengan Center for Election and Political Party (CEPP) Universitas Indonesia dan CEPP Universitas Diponegoro ini merupakan rangkaian dari kegiatan internasional yang digelar sejak hari Rabu hingga Jumat (1-3/6), dengan melibatkan pembicara dari berbagai negara seperti Australia, Norwegia, Malaysia, dan Vietnam.

"Ini adalah kegiatan bersama yang melibatkan berbagai institusi perguruan tinggi dan juga pemerintah provinsi Jawa Tengah. Tetapi secara khusus kami berkepentingan untuk menyelenggarakan seminar pada hari kedua karena tema ini memperoleh perhatian besar dari publik," ungkap  Misbah Zulfa Elizabeth, salah seorang panitia.

Lebih lanjut Elizabeth mengungkapkan seminar yang didukung oleh Islamic Development Bank (IDB) Project UIN Walisongo ini telah memberikan rekomendasi penting bagaimana mewujudkan demokrasi yang menyejahterakan rakyat. "Umumnya para pembicara mengakui keberhasilan Indonesia sebagai negara demokrasi, tetapi beberapa pondasi perlu dibangun secara lebih kokoh," tambahnya.

Wakil Rektor I UIN Walisongo Musahadi saat pembukaan seminar menyambut gembira seminar yang diinisiasi Fisip UIN Walisongo yang notabene adalah fakultas baru. Ia berharap Fisip terus berkembang dan memberikan warna baru dengan paradigma unity of sciences. "Kekuatan Fisip UIN Walisongo tentu saja kemampuannya dalam menggabungkan kajian-kajian keislaman dengan teori-teori politik dan sosiologi modern. Kontribusi dari dua arah ini kita harapkan akan maksimal," tutur Musahadi.

Selain akademisi dari dalam dan luar negeri, pembicara yang hadir adalah tokoh-tokoh politik, salah satunya Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah. Dalam kesempatan ini Fahri menyoroti tentang pentingnya keuangan partai politik. Ia menyampaikan regulasi keuangan partai akan menjadikan institusi ini lebih transparan dan meminimalisir tindak korupsi. Dengan begitu, lanjutnya, tokoh yang diusung partai akan tetap dipilih dan tidak sebaliknya, yakni masyarakat lebih memilih calon pemimpin non parpol. "Ini demokrasi yang tidak baik dan bisa berujung pada deparpolisasi," cetusnya. (Red-Zunus)