Nasional SOSOK

Widya Priyahita Pudjibudojo: dari Rusia dan Prancis, Pimpin UNU Yogyakarta

Rab, 16 Maret 2022 | 16:15 WIB

Widya Priyahita Pudjibudojo: dari Rusia dan Prancis, Pimpin UNU Yogyakarta

Rektor UNU Yogyakarta, Widya Priyahita Pudjibudojo. (Foto: NU Online/Syakir NF)

Meniti karir dan pengalaman lengkap sebagai periset, konsultan, dosen tamu, professional di industri dan akselerator, hingga menjadi Staf Khusus Mensesneg membuat Widya Priyahita Pudjibudojo mampu berkontribusi mengenai pengembangan sumber daya manusia dan transformasi kelembagaan secara holistik. Kontribusi tersebutlah mengantar pria kelahiran 1985 tahun silam yang kerap disapa Mas Widya ini melanjutkan estafet kepemimpinan Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta. Rabu (16/3) ia dilantik menjadi Rektor dengan masa khidmat 2022-2026.


Keterampilan kepemimpinan ditempa sejak Mas Widya aktif dalam kegiatan sosial telah diasah sedari muda. Dimulai dari Ketua OSIS SMA 5 Surabaya (2002-2003), Komite Kemanusiaan Yogyakarta (2012) hingga saat menjabat sebagai inisiator dan Ketua Pengurus Cabang Istimewa (PCI) Nahdlatul Ulama (NU) Federasi Rusia dan Negara-negara Eropa Utara (FREU) masa kepengurusan 2016-2017.


Sejak muda, Mas Widya kerap berpindah-pindah tempat tinggal untuk menuntut ilmu. Setelah menamatkan pendidikan SMA di Surabaya, ia ke Yogyakarta untuk melanjutkan pendidikan di Jurusan Politik Pemerintahan, Universitas Gadjah Mada. Mas Widya akhirnya melanjutkan studi masternya dari beasiswa Program Master of Global Public Policy oleh pemerintah Rusia, Russian Presidential Academy of National Economy Public Administration (RANEPA). Sebuah keputusan yang tidak umum bagi mayoritas mahasiswa Indonesia ketika memilih negara tujuan belajar.


Namun, Mas Widya tidak pernah kehilangan kalkulasi. Keputusannya untuk mengenyam pendidikan lanjut di Rusia tidak lain adalah untuk memperluas spektrum sudut pandang dalam ilmu sosial, terutama kajian kebijakan publik. Saat ini, belum banyak pelajar Indonesia yang memilih Rusia sebagai negara tujuan belajar selain Eropa, Amerika, Australia, maupun Asia Timur. Meski minim peminat, namun tidak serta merta kualitas pendidikannya tidak baik. Justru sebaliknya, merunut sejarah, pengaruh politik negeri Beruang Merah tersebut selalu menjadi salah satu pemain besar dunia yang layak diperhitungkan. Hal tersebut yang pada akhirnya membawa Mas Wid melompat jauh dan cepat layaknya anak peluru pada sebuah senjata.


Ketekunannya mengenyam pendidikan dan didikan guru-gurunya berbuah manis. Ayah dari dua anak, sekaligus dosen muda ini terus berinisiatif agar kebijakan publik berbenah lebih inovatif dan berdampak positif secara luas dengan wadah katalisator perubahan untuk masa depan.


Beberapa tahun ini, beragam institusi terdistrupsi dengan banyak perubahan, sehingga membutuhkan katalisator untuk mendorong proses adaptasi, transformasi dan perubahan secara masif. Hal tersebut sejalan dengan apa yang telah dilakoni mas Widya sebagai Staf Menteri Sekretaris Negara bidang Transformasi Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia. Di lingkungan Kemensetneg, ia memimpin banyak perubahan, inovasi, dan kolaborasi yang massif. Salah satunya menggagas Setnex X untuk mengasah dan mengakselerasi kreativitas ASN di lingkungan Kemensetneg agar terus terjaga serta melahirkan pemikiran yang “out of the box” bagi ASN pada umumnya.


Tidak berhenti sampai di situ, hadirnya Mas Widya sejak 2018 sebagai civitas akademika UNU Yogyakarta yang ramah dan inovatif juga banyak memberi banyak perubahan bagi kampus yang baru bertumbuh. Antara lain, menginisiasi program beasiswa unggulan, menjadikan UNU Yogyakarta sebagai percontohan nasional melalui program Shafiec (Center for Sharia Finance and Digital Economy), serta menginisiasi pusat kajian gaya hidup halal. Keseluruhan agenda tersebut merupakan upaya untuk mengakselerasi kolaborasi secara masif dengan berbagai pemangku kepentingan. 


Selain itu, tangan dingin Mas Widya hadir dan menjadi katalis dalam banyak inisiatif baik di level grassroot maupun nasional. Kerap kali mimpi besar beliau untuk Indonesia, mendorong banyak inisiatif untuk ‘naik level’ dan mengakselerasi manfaatnya untuk masyarakat. Sebut saja Solo Technopark, Kewirausahaan Sosial Future Skills Fisipol (FSF), Muslim Kreatif, Duta Santri Nasional dan dan masih banyak lagi. 


Di luar kesibukan kampus, tempat kerja dan berbagai inisiatif, ia masih tetap berkawan dengan anak muda tanpa memandang status sosial untuk berinovasi mengembangkan talenta muda masa depan. Berbagi ilmu tanpa mengerdilkan orang lain, mengarahkan sekaligus membimbing, serta mempersiapkan anak-anak muda untuk menjadi pemimpin di masa mendatang.


Perjalanan Mas Widya mencari ilmu berlanjut, pada April mendatang, ia akan melanjutkan studi Doktoral dan memperdalam kajian Business Administration, di program doktoral Paris School of Business, Prancis yang menyelaraskan antara pengajaran dan praktik manajerial profesional. Prancis sebagai negara dengan iklim belajar yang menjunjung tinggi integrasi inovasi di bidang ilmiah dan teknologi sepenuhnya mengedepankan kreativitas para mahasiswanya. 


Dari Yogyakarta, melaju ke Rusia, mendarat di Prancis dan kembali lagi ke Yogya. Entahlah, kami, anak-anak didikmu tidak tahu bagaimana akhir perjalananmu, Mas. Yang jelas, kami ingin mengucap selamat atas amanah barumu, semoga dapat mengantar peselancar-peselancar UNU Yogyakarta yang tangguh menghadapi gelombang perubahan zaman. Persis seperti Mas Widya ketika menjalani S1 dulu. 


Indra Dwi Prasetyo dan Muhammad Nabil Satria Faradis, keduanya merupakan Direktur di Pijar Foundation sekaligus Tenaga Ahli Eksternal Menteri Sekretaris Negara