Nasional

Ziarah Kubur, Pengingat untuk Berbuat Baik

Sab, 4 Agustus 2018 | 18:30 WIB

Tangerang Selatan,Ā  NU Online
Salah satu tradisi Nahdlatul Ulama (NU) yang kerap kali mendapatkan kritikan dari kelompok Islam puritan adalah ziarah kubur. Mereka menuduh ziarah kubur sebagai perbuatan bidā€™ah, syirik, dan tuduhan negatif lainnya. Meski demikian, warga NU atau Nahdliyin terus mempertahankan tradisi itu hingga hari ini.Ā 

Merespons hal itu, Intelektual Muda Nahdlatul Ulama (NU) Zuhairi Misrawi atau Gus Mis menjelaskan, ziarah kubur merupakan upaya untuk membangun spiritualitas antara yang masih hidup dan yang sudah meninggal.

ā€œDalam ziarah kubur ada perjumpaan spiritual,ā€ katanya di Sekretariat Islam Nusantara Center (INC), Sabtu, (4/8).

Ia menuturkan, orang-orang yang diziarahi itu adalah orang-orang yang baik semasa hidupnya.Ā  Sehingga ziarah kubur dapat menjadi pengingat bagi seorang yang masih hidup untuk berbuat baik sebagaimana yang sudah meninggal. Sehingga ketika mereka meninggal, maka generasi penerusnya akan balik menziarahinya dan mengenang kebaikan-kebaikannya.

ā€œDengan berziarah diharapkan kita bisa berbuat baik seperti Syaikhona Kholil (Bangkalan),ā€ jelasnya.

Makam-makam Wali Songo, kiai, dan tokoh NU adalah makam yang paling ramai diziarahi. Dalam satu hari, ada ribuan bahkan puluhan ribu peziarah yang menziarahi makam tersebut.

ā€œMakam Syaikhona Kholil diziarahi puluhan ribu peziarah,ā€ urainya.

Alasan lain mengapa Nahdliyin ziarah kubur adalah sebagai pengingat kematian. Dengan melihat langsung pusara, mereka diingatkan bahwa dunia ini hanya sementara dan suatu saat nanti dia yang akan berbaring di situ.

Gus Mis menambahkan, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur memiliki alasan ā€˜unikā€™ terkait dengan ziarah kubur ke makam-makam wali. Alasan Gus Dur ziarah kubur adalah karena orang yang sudah meninggal tidak memiliki kepentingan lagi, sementara orang yang masih hidup masih memiliki kepentingan. (Muchlishon)