Ngobrolin Duit

Memulai Resolusi Keuangan di Tahun Baru, Bisa!

Kam, 4 Januari 2018 | 07:30 WIB

Memulai Resolusi Keuangan di Tahun Baru, Bisa!

Ilustrasi: 3 Kunci memulai resolusi keuangan di tahun baru

Resolusi keuangan harus dilakukan setiap orang untuk membuat kondisi keuangannya lebih baik. Disamping mempersiapkan kebutuhan dan tujuan di masa depan, seperti misalnya memiliki rumah, modal usaha, dana pendidikan anak, biaya haji, ataupun – salah satu yang terpenting – pensiun yang nyaman.  Seperti dalam hadist riwayat At Tirmidzi menyebutkan bahwa:

“Rasulullah SAW menyisihkan biaya hidup keluarganya (nafkah) untuk kebutuhan selama setahun” (HR At-Tirmidzi)
Masalahnya, memulai sesuatu yang baru membutuhkan niat kuat, dan secara alami manusia memang mudah tergoda.  Akhirnya, resolusi yang sudah kita niatkan dengan baik selalu gagal dijalankan. 

Kita akan bertekad memulainya lagi dari awal di tahun baru yang akan datang. Seperti lingkaran yang tak berujung. Sementara waktu terus berjalan, dan akhirnya tujuan-tujuan masa depan tidak tercapai. Sebenarnya ada beberapa hal yang harus dimengerti agar kita lebih mudah memulai resolusi keuangan, membuatnya menjadi kebiasaan yang terasa tanpa paksaan, dan membawa kita lebih dekat pada tujuan-tujuan di masa depan. Mari kita bahas bersama. 

Pertama: Harus mengerti bedanya resolusi keuangan dan tujuan keuangan.  
Definisi resolusi adalah keputusan kuat untuk mulai melakukan sesuatu.  Jadi, resolusi  keuangan adalah keputusan kuat untuk melakukan sesuatu yang berhubungan dengan kondisi keuangan.  Di lain pihak, tujuan keuangan adalah kondisi akhir yang kita capai dalam jangka panjang yang dapat terwujud karena kita memulai resolusi keuangan. Analoginya, resolusi keuangan adalah kendaraan yang membawa kita tiba ke tujuan keuangan yang diimpikan. Sebagai contoh, misalnya seseorang punya tujuan yaitu "Tanggal 31 Desember 2019 terbebas dari utang".  Mengacu pada tujuan keuangan tersebut, resolusi yang harus dijalankan adalah "Mulai tanggal 1 Januari 2018 berhenti berutang, dan setiap bulan menyisihkan 30% gaji untuk mencicil utang yang masih ada". 

Kedua: Tentukan tujuan keuangan yang benar-benar penting dan menjadi prioritas.
Supaya kita dapat menjalankan resolusi dengan hati ringan dan tanpa merasa terpaksa, kita harus menentukan prioritas tujuan keuangan yang benar-benar diidamkan dan mengerti betapa pentingnya tujuan itu harus tercapai. Misalnya saja, tujuan keuangannya adalah  "Hidup nyaman di masa pensiun". Apakah tujuan keuangan di atas cukup baik dan patut menjadi prioritas?  Jawabannya hanya kita yang mengetahui,  karena prioritas setiap orang pasti berbeda.  Untuk kita yang sedang di puncak masa produktif berusia 40 tahun, mungkin masa pensiun menjadi prioritas.  Tetapi untuk orang lain yang  berusia 22 tahun dan baru mulai memasuki dunia kerja, mungkin tujuan keuangan yang menjadi prioritas adalah "Memiliki rumah di usia 30 tahun".

Ketiga:  Ingat rumus STR (Spesifik, Terukur, Realistis).  
Terlepas dari prioritas yang berbeda-beda, tujuan keuangan yang baik harus mengikuti tiga kaidah STR, yaitu harus spesifik, dapat diukur dengan mudah, dan realistis.  Kembali ke contoh di atas yaitu hidup nyaman di masa pensiun. Tujuan keuangan ini sangat baik namun baru memenuhi satu kaidah saja yaitu realistis, karena tentu saja kita tidak ingin menderita setelah tidak lagi bekerja. Tapi apakah yang dimaksud dengan "hidup nyaman?" Nah, untuk menjadikannya STR, sebaiknya tujuan keuangan ini harus diubah menjadi lebih terperinci dan dapat diukur, misalnya "Di masa pensiun memiliki uang Rp. 10 Juta per bulan untuk biaya rumah tangga". Kaidah STR akan membuat kita dapat mengkalkulasi resolusi yang harus dilakukan.  Jika kita asumsikan masa pensiun kita 20 tahun (dari mulai berhenti bekerja umur 55 tahun sampai kita dipanggil usia 75 tahun) dan memiliki dana rumah tangga Rp. 5 Juta per bulan, maka dengan mudah kita mengetahui setidaknya dana yang harus kita siapkan adalah Rp. 1.2 Miliar (Rp. 5 Juta x 12 x 20). 

Setelah ada prioritas tujuan keuangan yang spesifik, terukur, dan realistis, kita akan lebih mudah - dan terpacu - untuk segera menjalankan resolusi keuangan, misalnya "Mulai 1 Januari 2018 menyisihkan 25% dari gaji bulanan untuk persiapan masa pensiun"

Menjadi pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana jika untuk mencapai satu tujuan keuangan, kita harus melakukan beberapa resolusi sekaligus, misalnya melunasi utang, menyimpan untuk dana darurat (untuk digunakan jika tiba-tiba kita mengalami musibah), dan menyisihkan 25% gaji bulanan untuk hari tua?

Ketika kita dihadapkan pada situasi seperti ini, jangan menyerah, tapi tentukan satu resolusi dahulu yang paling mudah terpenuhi dan bisa kita hilangkan, yaitu melunasi utang. Tahap berikutnya adalah menyimpan untuk dana darurat. Terakhir, setelah kita tidak memiliki utang dan dana darurat pun sudah aman tersimpan, barulah kita menjalankan resolusi terakhir menyisihkan 25% gaji bulanan untuk hari tua, bisa juga digunakan untuk ibadah haji/umroh.  

Sangat penting bagi kita untuk tetap realistis, jangan "memasang target" resolusi di luar kemampuan dan rentan kegagalan yang membuat berkali-kali harus mengulanginya dari awal dan pada akhirnya membuat kita frustrasi.  Lebih baik membuat resolusi yang sederhana tapi dapat dengan mudah menjadi kebiasaan, dan selanjutnya kita dapat membuat resolusi lain yang akan lebih cepat membawa kita ke tujuan keuangan, dan seterusnya. 

Jika resolusi keuangan kadung gagal di tengah jalan, lakukan evaluasi, cari penyebabnya.  Apakah karena resolusi tersebut tidak realistis dengan kondisi kita saat ini, atau semata-mata karena kita tidak disiplin? Tidak ada jalan lain untuk resolusi yang tidak realistis, kita harus sesuaikan dan mengulanginya dari awal.  Tetapi kegagalan menjalankan resolusi karena kurangnya kedisiplinan hanya bisa dilawan dengan terus mengingat dan memotivasi diri betapa pentingnya untuk mencapai tujuan akhir yang kita idamkan. 

Selamat tahun baru, mari mulai resolusi keuangan untuk mencapai tujuan masa depan!

Terkait

Ngobrolin Duit Lainnya

Lihat Semua