Opini CATATAN HARI PAHLAWAN

Menghayati Arti Penting Hari Pahlawan

Sab, 10 November 2007 | 03:05 WIB

Oleh Miftahul A’la

Setiap tanggal 10 November, sudah menjadi tradisi bagi seluruh masyarakat indonesia setiap tahunnya selalu memperingatinya dengan hari pahlawan Nasional. Yang mana pada hari tersebut para pahlawan kita yang tak lain para putera-putera bangsa berjuang dengan sangat gigih berani hingga sampai titik darah penghabisan untuk mengusir serta melawan para penjajah dari bumi pertiwi ini. Dan pada hari itu pula kita selalu menjadikannya sebagai suatu refleksi ulang serta untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan yang gugur di medan pertempuran.

Dan hari itu pula diresmikan oleh bung karno sebagai hari pahlawan nasional sebab pada hari itu terjadi suatu peristiwa bersejarah yang sangat dasyat serta memukau bagi bangsa indonesia, yang tidak bisa dihilangkan dari benak pikiran kita. Pada hari tersebut meledak serta berkobarlah semangat juang para pahlawan untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah ada di depan mata, untuk mempertahankan kemerdekaan bangsa dari tangan para penjajah di kota surabaya. Sehingga terjadi pertumpahan darah berhari-hari dan memakan banyak korban dari putera-puteri bangsa kita.<>

Pada saat itu seakan-akan jiwa para pemuda tergerak dan tergugah dengan sendirinya, melihat situasi negara yang demikian kritis untuk berpartisipasi secara menyeluruh dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Tanpa ada komando dari siapa pun seluruh masyarakat indonesia baik para pemuda, orang tua, perempuan, bahkan sampai anak-anak tergerak hatinya dan ikut berpartisipasi dalam peristiwa berdarah tersebut. Mereka dengan semangat juang yang sangat tinggi ikut berperang melawan penjajah di medan pertempuran hanya untuk mendapatkan kemerdekaan yang hakiki. Kemerdekaan yang selalu di rindukan oleh para founding father kita untuk bebas dari penjajahan. Pada waktu itu jiwa nasionalisme serta patritisme para pemuda bisa dikatakan besar sekali. Dan peranannya dalam merebut kemerdekaan waktu itu patut untuk dijadikan suri tauladan bagi kaum muda kita sekarang.

Jika pada era penjajah saat itu para pemuda dituntut untuk memegang senjata dan berperang mati-matian di medan pertempuran. Jika pada pada pemerintaha selama masa orde baru kita dihadapkan pada politik tidak etis yang hanya menyulam politik demi mempertahankan status quo, maka di saat yang bersamaan sebagai tanggung jawab para pemuda adalah melawan militerisme. Maka pada pada saat ini yang menjadi agenda tepenting bagi para pemuda yang diakui sebagai agen of change yang menentukan maju mundurnya bangsa dan negara, maka untuk sekarang ini, bagaimana cara yang paling efektif bagi kita untuk menumbuhkan jiwa patriotisme untuk memberantas korupsi di negara indonesia, mengurangi jumlah angka kemiskinan yang semakin meluas, serta memperluas lapangan kerja, agar para pengangguran semakin berkurang, dan negara indonesia menjadi negara yang lebih subur dan makmur seperti harapan dan cita-cita bersama.

Agenda Pemberantasa Korupsi

Namun melihat situasi serta kondisi negara indonesuia yang seperti akhir-akhir ini seperti: hubungan internasional yang semakain memburuk, investasi yang semakin menurun, utang luar negeri yang semakin menggunung, pengangguran yang makin membengkak, pelecehan sexual terus-menerus terhadap hukum dan HAM, korupsi yang tetap merajalela serta kemiskinan yang semakin meluas. Adalah kewajiban moral bagi kita semua bagi angkatan muda khususnya dari berbagai golongan, keturunan, suku, agama dan aliran politik tanpa ada perbedaan sama sekali untuk menjadikan serta menumbuhkan jiwa pahlawan yang ada dalam diri mereka, untuk dijadikan sebagai senjata dan mobilisator yang utama guna untuk berjuang demi melawan kebusukan-kebususkan para penguasa saat ini serta memperbaiki kebobrokan yang terjadi di negara Indonesia, yang hingga detik ini belum bisa mendapatkan jalan keluarnya.

Jadi dalam peringatan hari pahlawan kali ini, sudah menjadi kewajiban bagi kita semua untuk langsung terjun ke dunia lapangan (ke alam yang kongret, bukan hanya sekedar menggembor-gemborkan wacana) demi agenda mengurangi kemiskinan yang semakin merajalela di mana-mana. Jangan hanya pada peringatan hari pahlawan kali ini kita cuma menghiasinya dengan menyanyikan lagu kebangsaan, membangga-banggakan serta mengenang keberhasilan yang telah di raih oleh para pahlawan kita terdahulu, tanpa ada rasa untuk bisa berjuang seperti mereka. Jangan sampai kali ini kita menghargai jasa-jasa pahlawan hanya dengan sesuatu yang berbentuk formalitas belaka, tanpa ada sesuatu yang kongret. Sebab bagaimana pun juga paling tidak kita juga harus ikut bepartisipasi dalam memajukan bangsa indonesia dan meneruskan cita-cita para founding father kita yang belum terlaksana.

Di hari pahlawan kali ini, marilah kita bersama-sama merenungkan dalam-dalam ihwal apakah kultur politik dan kultur moral dan pendidikan pada masa Orde Baru betul-betul telah menghayati, mengamati sungguh-sungguh serta menghormati Hari Pahlawan? Mengingat pengalaman selama puluhan tahun selama masa Orde Baru, kita patut meragukan serta memimbang ulangnya lagi!

Memang, selama ini setiap tahunnya peringatan Hari Pahlawan di negara Indonesia selalu dirayakan seluruh masyarakat dengan sangat meriah. Namun, pada kenyataanya peringatan tersebut hanya berbentuk formalitas semata, tanpa ada bara api di dalamnya, Tanpa ada jiwa keagungan yang terkandung di dalamnya, dan tanpa ada jiwa-jiwa pemberontak di dalamnya. Selama puluhan tahun lamanya semasa era Orde Baru, Hari Pahlawan kebanyakan hanya diperingati dengan upacara-upacara yang bersifat ritual dan bersenang-senang. Jadi yang mereka dapatkan selama ini juga hanya jiwa yang kerdil dan miskin akan makna yang terkandung di dalamnya pula. Alhasil semangat juang serta jiwa nasionalisme para pahlawan terdahulu yang begitu tinggi dan bersemangat tidak mengalir pada jiwa kita sekarang. Yang ada hanya jiwa-jiwa kerdil yang selalu takut pada penguasa, meskipun nasib mereka selalu tertindas.

Maka sekarang ini, yang menjadi agenda terpenting kita harus bisa menghargai serta meneruskan cita-cita para pahlawan, yang tak lain ingin membebaskan masyarakatnya dari jerat kemiskinan. Sebab bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai serta menjujung jerih payah para pahlawannya. Jangan sampai kita menjadi bangsa yang tidak tahu berbalas budi kepada para pahlawan-pahlawan terdahulu yang telah merelakan jiwa serta raganya untuk bangsa dan negara.

Penulis adalah Peneliti pada INHIS (Institute for Humankid and Islamicity Studies) Yogyakarta.