Probolinggo, NU Online
Pesantren Zainul Islah Assalafi hanya berjarak sekitar satu kilometer arah selatan Kantor Wali Kota Probolinggo. Pesantren ini berada di jalan HOS Cokroaminoto, Gang Listrikan, Kelurahan Kanigaran Kecamatan Kanigaran Kota Probolinggo.<>
Pembina Pesantren Zainul Islah Assalafi H. Muhammad Lubab Abdul Khoir kepada NU Online mengungkapkan bahwa pesantren itu berdiri pada tahun 1965 silam. Pesantren ini didirikan oleh KH. Muhammad Zayadi Zain, mertuanya. Pria yang akrab dipanggil Gus Lubab ini mengatakan mertuanya itu sebelum mendirikan pesantren tercatat menjadi santri di beberapa pesantren di daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Kiai Zayadi pernah menjadi santri di Pesantren Zainul Hasan Genggong (Probolinggo), Pesantren Melaten (Probolinggo), Pesantren Sidogiri (Pasuruan), Pesantren Tabetah (Madura), Pesantren Lasem (Jawa Tengah) dan Pesantren Sarangan (Jawa Tengah).
Setelah lama nyantri di beberapa pesantren di Jawa Timur dan Jawa Tengah, pada tahun 1965 Alm. Kiai Zayadi mendirikan masjid di Kelurahan Kanigaran Kecamatan Kanigaran, tepatnya di jalan HOS Cokroaminoto Gang Listrikan yang ditempati pesantren saat ini. “Pertama kali hanya mendirikan masjid pesantren,” kata Gus Lubab.
Sebelum mendirikan masjid, Kiai Zayadi menjadi salah seorang pengajar di Pesantren Sarangan Jawa Tengah. Saat hijrah, yang kemudian mendirikan masjid, salah seorang santri tempatnya mengajar, ikut Kiai Zayadi untuk belajar.
Hingga beberapa tahun kemudian ratusan santri yang berasal dari Probolinggo dan sekitarnya banyak berguru kepada Alm. Kiai Zayadi. Sehingga kemudian pesantren tersebut menjadi terkenal sebagai salah satu pesantren yang cukup terpandang kala itu “Kalau pertama hanya mempunyai satu santri, itu pun dari santri Sarangan Jawa Tengah,” tuturnya.
Usai Kiai Zayadi wafat pada tahun 2002 silam dalam umur 77 tahun, akhirnya pesantren untuk putra dipercayakan kepada KH. Imam Lukmanul Hakim atau yang biasa dengan sebutan Mas Imam. Sementara untuk pesantren putri dipercayakan kepada H. Ahmad Hatim Al-Asom.
Kiai Zayadi menurut Gus Lubab meninggalkan delapan orang anak Yakni Hj. Nurhafidhoh, Hj. Anis Hanifah, Hj. Nurhakimah, KH. Imam Lukmanul Hakim, H. Ahmad Hatim Al-asom, Hj. Hazimah Iskarimah, Hj. Nurlaili Halimatus Sa’diyah dan yang terakhir Muhammad Kamil Masduqi. “Sekarang di pesantren putra ada 150 santri mukim dan di pesantren putri ada 550 santri mukim,” pungkasnya. (Syamsul Akbar/Anam)
Terpopuler
1
Santri Kecil di Tuban Hilang Sejak Kamis Lalu, Hingga Kini Belum Ditemukan
2
Pastikan Arah Kiblat Tepat Mengarah ke Ka'bah Sore ini
3
Sound Horeg: Pemujaan Ledakan Audio dan Krisis Estetika
4
Perbedaan Zhihar dan Talak dalam Pernikahan Islam
5
15 Ribu Pengemudi Truk Mogok Nasional Imbas Pemerintah Tak Respons Tuntutan Pengemudi Soal ODOL
6
Operasional Haji 2025 Resmi Ditutup, 3 Jamaah Dilaporkan Hilang dan 447 Meninggal
Terkini
Lihat Semua