Pesantren PESANTREN DARUL ULUM

Berawal dari Wakaf Tukang Becak

Sen, 9 Juni 2014 | 02:01 WIB

Probolinggo, NU Online
Pesantren Darul Ulum berada di Kelurahan Patokan, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo. Pesantren ini merupakan satu dari empat pesantren yang berada di Jalan Ir. Juanda Kelurahan Patokan. Dibandingkan dengan yang lain, pesantren yang berada di deretan nomor 436 ini terlihat paling sederhana.
<>
Pesantren ini didirikan oleh KH. Abdul Latif Qodim di era tahun 1980-an diatas lahan wakaf dari seorang tukang becak bernama Muniran. Ternyata lelaki yang mewakafkan tanah seluas 3.000 meter persegi di era tahun 1970-an tersebut merupakan mertua dari Kiai Abdul Latif Qadim. Kiai yang memiliki nama asli Sujarwo ini menikah dengan Marhanah, putri pertama Muniran.

Pria kelahiran Banyuwangi ini juga menuturkan ia tidak pernah memberitahu kalau tanah wakaf yang dimintanya itu nantinya dijadikan sebagai tempat pendidikan. Dengan ikhlas Muniran mewakafkan tanah seluas lebih dari 3.000 meter persegi itu dan menikahkan Sujarwo muda dengan anak gadisnya.

Bahkan, sampai tiga tahun usia pernikahannya dengan Hj. Latifah Marhanah, mertuanya itu tidak pernah tahu rencananya. “Keinginan itu tidak pernah kami utarakan,” ujarnya, Sabtu (7/6).

Pada tahun 1981, Sujarwo mendirikan Madrasah Diniyah (Madin) Darul Ulum. Ia menuturkan, pendirian madin ini bertujuan untuk memberikan pendidikan agama bagi masyarakat sekitarnya yang mayoritas kaum miskin. Tenaga pengajar madin ini berasal dari Pesantren Darullughah wal Karomah Kelurahan Sidomukti Kecamatan Kraksaan.

Pada masa itu, Sujarwo belum memberanikan untuk menerima santri kecuali penduduk sekitar yang ingin belajar. Dua tahun kemudian ia mendirikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Darul Ulum. Seiring berjalannya MI, ia kemudian memberanikan diri untuk mengasuh santri, terutama yang berasal dari anak yatim piatu. Lambat laun santri yang mukim di Pesantren Darul Ulum meningkat menjadi 30 orang. “Awalnya enam anak yang kami asuh,” jelasnya.

Pendirian lembaga pendidikan cukup lama berhenti. Baru tahun 1998 didirikanlah Raudlatul Atfal (RA) Darul Ulum. Kemudian disusul dengan pendirian Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul Ulum pada tahun 2004.

Menurut ayah tiga anak ini, lonjakan santrinya terjadi sejak berdirinya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Durul Ulum. Yang mana santri mukimnya mencapai 50 orang, baik putra maupun putri. Perlahan-lahan jumlah santrinya bertambah. Kini, santri yang mukim sudah mencapai 109 orang.

Selain pendidikan formal, di pesantren yang dipimpinnya juga mendirikan lembaga informal. Seperti Wajardikdas (wajib belajar pendidikan dasar) Wustho.”Pendidikan wajardikdas ini kami peruntukkan bagi masyarakat yang putus sekolah,” pungkasnya. (Syamsul Akbar/Mahbib)

Terkait

Pesantren Lainnya

Lihat Semua